Friday, January 3, 2014

NEW FACE


Pas baca judulnya, jangan ada yang pernah nanya: “Udah berapa lama nggak ganti tampilan blog, Non?” Aduh, itu pertanyaan sekakmat deh. Paling-paling, aku cuma bisa jawab gini: “Berhubung di Sastra aku nggak nyentuh sama marabahaya pelajaran matematika lagi, jadi, nggak tahu dan nggak kehitung udah berapa bulan nggak ngotak-ngatik template blog.” hehehe (yang ini bercanda) ;p
Jadi, setelah bersusah payah buat hias ulang blog ini, akhirnya selesai! Lumayan susah sih buat aku yang gaptek begini. Nyari tutorial ke sana-sini. Dan dengan terharu, akhirnya bisa menampilkan wajah baru buat blog tercinta ini!
Blog ini masih berantakan! (dengan menyedihkan harus ngomong ini). Soalnya, masih nggak ngerti toolbar di atas semacam log in dkk gimana diaturnya. Pusing banget liat kode HTML dan teman-temannya. Terus, udah dicoba berkali-kali mau berkreasi dengan freecursor malah mengacaukan tampilannya. Oh ya, header-nya ke mana, ya?? Hikss…
Anyway, yang punya ilmu lebih soal ini dan yang berbaik hati, bolehlah berbagi ilmunya di sini. Hehehe… In syaa Allah bermanfaat buat yang lain. :) AAMIIN
Love,
-AF

Wednesday, January 1, 2014

A WRITER IDEALISM

Buat jadi penulis, hal yang diperlukan bukan sekadar apa yang kita pikirkan langsung tertuang menjadi kata-kata hingga kalimat. Tapi, tentu saja, kita juga diperlukan untuk menyiapkan outline dan sejeli-jelinya melakukan brainstorming alias menggali ide. Lalu, memadatkan konsep agar naskah kita menarik minat calon pembaca. Kebayang nggak kalau kita merasa cukup dengan menulis yang ada di pikiran kita? Iya, kalau pikiran kita beda tipis sama Einstein. Tapi kalau isinya cuma rambut kusut nenek lampir? Bahkan, buat nentuin ujung ke ujungnya saja masih rumit. Nah lo!
Terlepas dari itu semua, yang mau kubahas di sini itu bukan soal teknik menulis seperti di atas. Karena aku juga masih belajar, hehe. Jadi, kita langsung saja ke topik pembicaraannya, ya…
Pernah nggak sih, ngerasa bĂȘte setelah kalah dalam lomba yang daftarnya saja harus bayar? Mungkin rasanya akan beda kalau kita kalah dalam lomba yang digelar cuma-cuma tanpa dipungut biaya. Itu hal biasa (banget). Kalau ada yang pernah ngerasain hal serupa, sama kayak aku saat ikut berpartisipasi dalam salah satu lomba kepenulisan. Rasanya bĂȘte berpangkat. Duitnya terpakai, pialanya nggak dapet.
One day, salah satu senior yang merupakan penulis juga ada yang pernah bilang: “Kalau gue sih, nggak tertarik buat ikut lomba berbayar gitu. Kenapa? Karena menurut gue, kalau naskah gue dipilih buat menang, karena memang bagus dan layak diberi hadiah dari panitianya. Bukan karena para pesertanya kayak patungan buat ngasih gue hadiah karena menang!”
Benar juga! Aku setuju sama kalimatnya. Terserah, sih, kalau buat yang nganggepnya beda. Apalagi kalau pernah menjadi panitia dalam lomba serupa, mungkin punya alasan sendiri. Tapi, layaknya pekerja seni, penulis pun punya karakter. Terserah kalau dia mau bersifat independen seperti di atas, karena, perkataannya juga nggak salah, hehe. Tapi, ada saatnya juga menemukan orang berjiwa pri-gratisan, yang suka nyari celah gratis tapi bisa mendapatkan keuntungan bagi dia (kayak aku gini) hehe.
Masih soal gratisan, siapa sih yang nggak suka buku gratis? Hihi. Kalo aku sih, suka banget sama penerbit atau penulis yang suka ngadain giveaway alias bagi buku secara cuma-cuma. Tapi, sebagai pecinta gratis, tentunya harus tahu dong taktiknya. Bukan asal bilang sama penulis atau penerbitnya:
 “Eh, kalau buku lo udah terbit, gue mau satu, ya?!”
Helloooo!! Dikira kue nastar lebaran kali. Bahkan, buat orang pebisnis kue aja, sebagai tester yang dikasih gratis itu paling cuma berapa potong. Nggak bakalan satu toples langsung, kan? Bakalan beda cerita kalau dia memang sudah niat ngasih ke kita. Kalau nggak?!
Bahkan, untuk alasan pertemanan atau keluarga sekalipun, sebaiknya kita juga ngerti alasan si penulis atau creator lainnya bersikap begitu. Hasil kerja keras rasanya nggak setimpal kalau diminta gratis. Biasanya sih, hal begini terjadi sama teman sendiri, ya. Aku juga pernah begitu, kok, hehe. Mentang-mentang punya teman penulis dan bukunya keren, enak banget ngeledekin buat minta bukunya. Beberapa teman ada yang diam, tapi ada juga yang bilang: “Kalo nanti ada yang bilang gitu ke lo, mau nggak?”
Awalnya sih, aku bakal bilang: “Ya, kalau lagi ada bukunya sih nggak apa-apa.” Tapi, ada tambahannya setelah itu: “Kalau udah nggak ada, jangan maksa minta, ya. Hehehe” atau kalau mau minta gratisan, kasih sinopsis belakangnya dulu aja, deh. Sebagai tester. Hihihi.
Salah satu penulis favoritku, Mbak Windy Ariestanty yang merupakan editor utama di Gagas Media dan editornya Raditya Dika, pernah nulis ini di twitternya:
Tapi, sejauh ini, sih. Sebisa mungkin aku menghargai mereka dengan membeli karyanya sekalipun itu punya temanku sendiri. Kita baca, bedah sama-sama, buat menghasilkan karya yang lebih baik. Kalau memang mau dapat potongan atau gratis, kita bisa menyiasati dengan membeli pas pre-order atau beli langsung karya mereka di penerbitnya langsung. Bookfair juga berfungsi banget buat kita yang suka diskonan. Hehe… selain itu, semangat buat menangin give away! Siapa tahu kamu beruntung.
At last, mungkin lain kali aku akan berbagi cerita soal dunia kepenulisan bersama penulis-penulis lainnya. Kali ini segini saja dulu. Semoga bermanfaat.
Sebagai persembahan awal tahun, aku mau kasih foto si ganteng KimTan a.k.a Lee Min Ho yang lagi nulis:
Hati-hati ngiler! :p
Selamat tahun baru 2014! Semoga kita semakin semangat berkarya, berusaha, dan berdoa, ya! Hugs!!

Love,
-AF