Saturday, June 21, 2014

A GOLDEN EUPHORIA FROM A GOLDEN DREAMS #KampusFiksiEmas part 3


Minggu, 15 Juni 2014
Hal yang paling aku suka di hari ini adalah full of teriak-teriak. Dari pagi dilanjut lagi malamnya. Pas pagi hari, jadwal kami adalah Outbound. Awalnya aku udah males kalau disuruh kotor-kotoran kayak zaman Pramuka dulu. Tapi ternyata nggak. Dan surpriseeeee…!  Nama Outbound-nya itu Lava Tour kalau nggak salah. Dibuka dengan jogging, naik jeep di sekitar Merapi berasa anak Running Man, mampir ke museum peninggalan korban Merapi dulu, ke batu Alien (Do Min Joon mana Do Min Joon?), ke Bungker, teruuuuss…. Berpetualang di jalanan terjal bersama jeep itu. Teriak-teriak? Oh, tentu saja. Aku yang satu jeep sama Teh Pia, Mamah Lia, duduk di belakang kompakan teriak-teriak. Mas Ersa? Ngelambaiin tangan sambil telepon mamanya bilang nggak sanggup. Hehehe, nggak ding, Mas Ersa kalem duduk di depan. Tapi menurut sindikat yang terpercaya, kalemnya Mas Ersa saat itu adalah proses campuran antara masih buffering dan konflik batin sendiri. Buktinya? Muka pucat dan tangannya yang nggak lepas mencengkeram besi bawah kursi. Ngoahahahaha!
Kalau bareng-bareng gini, namanya masih selfie nggak, ya? Apa udah berubah jadi togetherie? :))
 
Asal tau aja, behind the scene buat fotonya begini... :') Kayak orang nyari sinyal katanya. Ckckck.
 
Ketika jalan-jalan sama foto kebanyakan foto-fotonya.
 
Pose berasa ikutan Running Man di Merapi.
 
Lihat betapa bahagianya diriku pertama kali naik jeep. hikshiks :')
Ketika jeep masuk ke medan yang makin menegangkan, dan kami masih eksis depan kamera. Cyiha!!
 
Di museum sisa harta merapi.
 
Kalo Pak Edi tanya, "Piye kabare? wenak jamanku tho?" aku bakal jawab, "iya, Paaaaakkk! Enak bangeeeett!"
 
Yes, we are happy together!
Selesai outbound, acara penutupan langsung di Villa. Sekaligus pengumuman pemenang dan peserta teraktif. (*eh, aku lupa ding, ini sebenarnya diumumin di malamnya apa paginya pas penutupan). Tapi, karena udah terlanjur, aku tetap mau ucapin: Felicitation Mas Say dan Kak Reza atas penghargaannya! We proud of you!!!




Begitu acara penutupan selesai, kami meninggalkan Kaliurang menuju Asrama, beberapa di antara kami sudah curi start buat pulang. Tapi, sebelum pulang, ditraktir Mamah Lia n Mas Say duluuu makan Pizza! Thank you, bothhh!!
Oh ya, tadi aku bilang malam-malamnya teriak lagi, ya? Iya, kami teriak-teriak lagi. Di ruang karaoke. Jadi, para peserta yang pulang hari Senin (Aku, Kak Didi, Teh Ghyna, Mamah Lia, Mas Ersa, Kak Reza, Teh Pia dan Mala) mengisi waktu buat karokean sampai tengah malam. Pulang-pulangnya, ternyata di asrama gelap-gelapan. Dikirain ikut karokean, ternyataaaa… mati lampu. Jegeer.


Panjang banget ya tulisanku? Hehe. Aku juga nggak ngerti, kenapa waktu 4 hari yang singkat itu menghasilkan cerita, kesan, momen yang panjang juga bermanfaat. Ketemu teman-teman Kampus Fiksi Emas beserta para panitia yang begitu rame dan sama alaynya bener-bener bikin betah sekaligus merasa dalam lingkaran keluarga baru –minus Teh Reni yang sakit, syafakumullah, Teh...
Terima kasih yang banyak, besar, tulus, buat Pak Edi Akhiles, Bunda May (apalagi sotonya, enak, Bund! Hehe) dan seluruh kru Diva Press -Mbak Rin, Kak Ve, Mbak Ayun, Mbak Ita, Mas Wahyu, Mas Aconk, Mas Sukur dkk yang nggak bisa kusebutkan satu persatu- tapi tidak mengurangi rasa hormatku untuk berterima kasih atas semua sambutan hangatnya, rangkulan kekeluargaannya, amal kebaikannya, yang aku sendiri nggak tahu bisa membalas semuanya bagaimana. Tapi setulus hatiku, mendoakan mereka semua yang sudah bersusah payah untuk kami agar tetap sehat, dan semua energi yang dikeluarkan sebagai pemberat amal di hari kemudian. Aaamiiin.
Kalau nggak ada acara ini, mungkin aku hanya kenal yang eror-eror sebatas di dunia maya. Nggak tahu kalau Evi (Iya, kamu yang pertama kali aku sebut. Kamu. Iya, kamu…) –yang jarang muncul di Whatsapp, ternyata aslinya the queen of erorisme di kelompok kami. Nggak tahu kalau Mas Sayfullan si juara satu yang kupikir orangnya jarang bercanda itu ternyata aslinya binal sampai satu kelompok terpengaruh (Hayoloooo, Mas Saaay). Nggak tahu kalau Teh Ghyna yang awalnya kukenal pendiam juga aslinya jago acting di drama penutupan. Nggak tau kalau Mas Ersa (*baca pembalasanku, Mas!) yang di Whatsapp itu orangnya nyebelin, ternyata aslinya (lebih nyebelin juga :p) tapi punya wajah innocent, lugu, suka buffering, dan jago bikin twist di percakapan sehari-hari (*tiba-tiba kebayang muka penuh auratnya Mas Ersa) (*rasanya ingin segera lempar cadar).  Dan yang terakhir… nggak nyangka kalau Kak Dian Iriana, yang awalnya cuma omong-omongannya Teh Ghyna kalau kami mirip banget itu ternyata mirip beneran.
Dan parahnya yang nganggep mirip hampir semua yang ada di KF Emas; Mbak Vivi yang sebenarnya udah ketemu aku di KF 6 dulu harus loading saat ketemu di KF Emas. Tau yang dia bilang? “Tadi tuh aku bingung, kalau di situ Didi, terus ini siapa?” aku jelas cengo.
Terus bukti keduanya, waktu absen di Villa Kaliurang. Saat itu aku udah di tunjuk tangan saat namaku disebut. Eh, malah ditanya, “Lho, katanya tadi kamu Dian Iriana?”
Aku speechless. Satu detik, dua detik, setelah itu teriak, “Kak Didiiiii!!” masuk ke dalam kamar. *puk-puk diriku sendiri*
Sama kayak Kak Didi, aku orangnya suka menyangkal kalau dimirip-miripin. Tapi entahlah, sekarang ini pas lihat foto kadang suka keder sendiri. Kadang-kadang nanya ke Kak Didi, “Kak, ini aku atau Kakak sih?” haha, saking lupanya muka sendiri, LOL!
Oh ya, tadi ungkapan terima kasih yang begini ketinggalan. Terima kasih buat Pak Edi dan kru #kampusfiksiemas yang sudah menyatukan kami. Nggak nyangka ada acara jalinan kasih di KFEmas :') Hiks. Setelah dua puluh tahun, disatukan selama empat hari, lalu terpisah lagi. Begini tho rasanya punya kembaran… (susut air mata pake naskah revisian *eh.) rasanya seru ternyata. Suka diajak foto bareng. *laaah. Hahahhaa.
Cari sepuluh persamaan kami. Iya, bukan perbedaan.

Oh ya, Pak Edi bilang kalau peserta KF Emas nggak ada yang cinlok? Ehem. Maaf, Pak, bukannya mau membantah. Tapi menurut pengamatan intersbujektif saya yang menggunakan pendekatan ekspresif (Eaaaak), bahwa sekalipun kami tau aib masing-masing, ada yang ternyata berhasil cinlok juga. Buktinya:
 Pertama...
ciyeee....
 
Kak Ros dan Kak Rez: CIYEEEEEE
 
CIYEEE (lagi). Eh tapi ini bukan cinlok ding, tapi cinner (cinta beneran). Maaf, terlanjur upload. Maktub.


Bisa dipastikan, someday aku bakalan kangen banget sama momen ini: Main ABC lima dasar sambil nunggu antrian mandi dengan kategori judul novel yang belum terbit (udah, iyain aje.), teriak-teriakan di jeep, karokean lagi, makan pizza bareng lagi (*eh), soto maduranya Bunda yang enak banget itu, ngobrak-abrik dapur bareng Kak kemb Didi buat masak mie, tidur selimutan karpet sama Farrah (Eh, Far, bener kan nggak ada apa-apa?) (*nanya lagi), ngetawain Mami Indah gara-gara truth or dare-annya bilang I Love You ke Pak Edi, pengen nimpuk Mas Ersa rame-rame begitu lamanya Mas Ersa buffering (*abis itu ditjipoch Teh Pia satu-satu), banyolannya Mas Say –yang gateng-ganteng sering gila- yang cuma sepatah kata bisa menjurus ke peradaban yang sensasional, bibir nonsimetrisnya Evi, ikhlasnya Mala yang seluas samudra (*halah), goyang itik 30 detiknya Kak Ros. Pokoknya semuanya! 
Jadi, inti dari segala intinya, kalau ada yang nanya rasanya ikut KF Emas, rasanya; Panassss, sensasionalll, menggelitikkk, fenooomenal! -kata Evi

-AF

Friday, June 20, 2014

A GOLDEN CHANCE MAKE A GOLDEN DAYS #KampusFiksiEmas (part 2)


Sebenarnya, sebelum malam api unggun itu ada acara perform yang aku sebutkan tadi di Part 1. Tau aku sekelompok sama siapa? Mas Sayfullan, Teh Ghyna, Kak Didi, sama si Evi. Setelah brainstorming, (*tcieeee) dapat ide buat bikin parodi Twiries book thriller dengan aku dan Kak Didi sebagai si kembarnya. Awalnya mikir, aku sekelompok sama orang-orang pendiam semua begini…  eh, ternyata, sodara-sodara, penilaianku kecepatan! Aku justru paling pendiam (*kayaknya) setelah mereka semua keluar dari cangkangnya :p.
Proses brainstorming ide sekalian latihan acting buat drama. #ciyeeciyeee
Lihat, betapa bahagianya kami disuruh nyanyi yel-yelan padahal di tengah jalan lupa lirik. :))
Kelompoknya Mamah Lia dkk. Namanya sih, yel-yelan, tapi bibir mereka sama sekali tidak bersuara. LOL.
Ini kelompok 3. Kalem-kalem ya... ceweknya. Goyang terus, Maaaassss ~~~

Sekilas skenario acara book launching Kembres (plesetannya Twiries), yang masih aku ingat.
Evi
“Yaaa… sekalian. Jumpa lagi di acara BBB (bibir atas dinaikkin nonsimetris dan sungguh alay) –Buka-Buka Buku dengan saya Evi Roseeee (Bagian kalimat Rose kayak orang mau nyedot zombie). Buku yang Panaaassshh, sensasionaaal, menggelitiiik, fenoooomenal. Berjudul; Kembres, Kembar Diares. Kami akan menampilkan si kembar Fia dan Dia untuk maju ke depan!!”

*Fia dan Dia maju ke depan, duduk di kursi*

(/cut to sesi tanya jawab)

Penanya 1
“Makanan kesukaan kalian apa, sih?”
Dia
“Kalo aku… sukanya nasi goreng disambelin.”

Fia
“Kalo aku… sukanya sambel dinasigorengin.”

Evi
“Itu sama aja keleeeuuus (bibirnya nggak simetris lagi)”

Penanya 2
“Cowok favorit kalian kayak gimana?”

Dia
“Yang alisnya kayak segumpal jerami…”

Fia
“Yang jerawatnya trapezium…”

Evi
“Itu orang, Mbak? (muka cengok pengen ditonjok), coba tunjuk orangnya di sini?”

*Fia dan Dia tunjuk Mas Wahyu*
*Mas Wahyu maju buat kasih kesan*

Mas Wahyu
“kesannya yang jelas…. Menggelitik!” (Gaya Evi saat menggelitik).

Penanya 3
“Bedanya kalian apa, sih?”

Dia
“Kalo aku… sepet-sepet kecut.”


Fia
“Kalo aku… sepet… sepet…. Kecut.”

Masyarakat
JADI BEDA KALIAN APAAAA??

Evi
Yaudah, kita lanjut ke penanya 3!

Penanya 3
“Saya mau tanya sesuatu yang lebih suuuusah daripada soal kalkulus; kalau Fia ulang tahun, Dia juga nggak?”

Fia dan Dia
“Nggak…”

Evi
“Lho? Kalian kan kembar…”

Fia dan Dia
“Nggak…”

Peserta
WAH PENIPUAN! KONSPIRASI! SUDAH, TOMBAK SAJA SANAAAA!
Si Kembres yang launching buku. Tenang, yang kanan cuma acting, kok!

Selesai perform semua, kita foto-foto lagiiiii!!!

Selesai drama, dan kami lebam-lebam (*tapi boong!) malam makin beranjak. Acara api unggun berlangsung dengan koplak. Dan orang-orang kreatif pun membuat ulah. Tau apa yang kami lakukan setelah api unggun padam untuk membunuh waktu bersama?  Pasang MP3 gede-gede di tabnya Mamah Lia, nyanyi bareng-bareng, anggap aja karokean saking nggak mau kalahnya sama pengunjung villa sebelah. Hahaha. Mungkin itu namanya konser manual ala KF Emas. 
 
aaaapi unggun mulai menyala. api-api-api-api-api.
 
Truth or dare-nya Mala.

 
Siap sajiiii! Yummyyy

 
Antara exciting gara2 api unggun dan kamera. biar masyarakat yang menilai. *tsaaah

 
Ini yang disebut konser manual malam minggu ala KF Emas. Api unggun padam, yang dikerubutin tabnya Mamah Lia.

Pulang konser, kamar penuh semua. Beberapa masih melek demi nonton Piala Dunia. Aku dan Farrah menempati posisi paling canggih sepanjang abad KF Emas. Tidur beralaskan karpet ditumpuk-tumpuk, dan menyelimuti diri  pake karpet pula. Iya, kami cuma berdua. Apa? Oh, tidak, kami tidak melakukan apa-apa. Hm… setidaknya aku percayanya sih, gitu. Ya, kan, Far? Far, jawab, Faaarrr!


To be continue to Part 3.