Monday, March 24, 2014

BEHIND THE STORY MELODIE DER LIEBE



Sinopsis:
Ini tahun keempat bagi Aimee, Tami, dan Diana. Semester yang seharusnya menjadi tahun kelulusan bagi mereka. tapi kenyataannya, justru berbeda. Diana tidak tertarik untuk menyusun tugas akhir karena itu berarti ujung kedekatannya dengan Aurich, lelaki yang disukainya.
Kehidupannya banyak berubah setelah mengenal si cewek perfeksionis Tami Hiromasa dan si cewek perebut kekasih orang, Aimee Verall. Di samping ketiganya terlibat sebuah proyek film, ada alur percintaan yang membuat mereka kerap berbenturan.
Persahabatan itu memang penuh warna, dan nikmatilah selama kau bisa.

***
Alhamdulillah, dengan segala kasih sayang Allah, aku tidak henti-hentinya mengucap syukur. Juga tentunya pada kedua orang tua, yang menjadi perantara dari ridho-Nya sehingga yang biasa jadi khayalan perlahan jadi nyata. Rasanyaaa… kayak habis makan cokelat keju dalam porsi banyak, terus divonis dokter nggak bakalan gemuk. Hehehe *maklumlah, aku tukang ngayal* ;P
Sejak aku post di berbagai socmed tentang Melodie der Liebe, terang aja pasti banyak pertanyaan masuk, dan yang paling populer itu begini:
-Artinya Melodie der Liebe apa?
-Ceritanya tentang apa?
-Kenapa harus di Jerman?
-Terus gimana bayangan di Jermannya?
Dst… dst.
Nah, kalau begitu aku jawab nomer dua dulu ya, dan jawabannya tertera di sinposis atas. Heuheu. Kalau penasaran, bisa order langsung ke toko buku terdekat ;p. Sedangkan Melodie der Liebe itu sendiri, berarti Melodi Cinta kalau dalam bahasa Indonesia. Kenapa harus di Jerman? Ehm, Ehm.
Sebenarnya, setelah beberapa kali ikut berbagai seminar kepenulisan, kesimpulan yang bisa kutarik dari minat pasar terhadap fiksi remaja Indonesia adalah penggunaan setting luar negeri, termasuk di bagian Eropa. Akhir-akhir ini memang yang sedang menjamur itu soal Asia timur; Korea, Jepang. Tapi, karena aku mau cari sensasi sendiri, keluarlah dari lingkaran Asia Timur meskipun sebenarnya demen banget Korea. Hihihi. Jadi, setelah pilah-pilih, kena lah Jerman jadi objek cerita.
Sebenarnya yang diperlukan dari menulis cerita di luar negeri adalah riset yang mendalam, apalagi kalau kita sendiri belum pernah ke sana. Mencari seluk-beluk budayanya, kebiasaannya, bahasanya. Memang alangkah lebih baik kalau kita pernah menginjakkan kaki di sana, jadi bisa bercerita dengan ringan. Tapi, penulis juga berhak untuk berimajinasi, lalu bercerita apa yang ia suka. Dan segala imajinasi yang berkeliaran, maka riset lah yang mengarahkan pada jalur yang aman.
Sampai di sini, ada yang sulit dicerna? Heuheu.
Selanjutnya, aku suka musik dan film. Jadi, setelah riset tentang Jerman, ketemu lah universitas perfilman di sana. Yup! Cerita ini tentang anak kuliahan, dan tentu saja tidak lepas dari masalah percintaan :D. Musik dan film aku padukan, jadilah proyek drama musikal.  Jadi kalau ditotal; Anak kuliahan, terlibat proyek drama musikal, di salah satu universitas di Jerman.
Proses pembuatan novel ini sekitar 4-5 bulan di bawah bimbingan editor Kampus Fiksi, Mbak Rina Lubis. Selama itu, diperlukan kekuatan napas agar bisa menyelesaikan sampai ending. Beda sama membuat cerpen yang nggak sampai seminggu bisa selesai. Novel butuh kesabaran dan konsekuensi, pasti! And I should say thanks to her, karena sebagai editor, Mbak Rina punya sense yang kuat dan tajam dalam mengedit, terutama dalam meluruskan logika cerita. Beberapa kali aku harus revisi, dan yang paling utama dari penulis itu adalaaah… punya mental tahan banting ketika naskah kita dikembalikan dalam keadaan penuh coretan tanda harus diperbaiki. Nggak jarang dari penulis yang ngedrop di bab sekian setelah menerima kritikan dari beberapa sisi, hasilnya molor buat melanjuti. Nah, kalau kritikan bisa buat kita kuat, kenapa kita harus percaya pujian yang bisa membuat kita lemah, bukan? Dalam berkarya seperti apa pun, pasti pernah mengalami masa-masa seperti ini.
Banyak terima kasih juga buat teman-teman yang dengan baik hati untuk membentangkan tangannya dan merangkulku yang berusaha sedemikian rupa agar mewujudkan khayalan jadi nyata. Dalam kasus ini, aku berterima kasih banyak pada Fadhilah P. Sari yang kini sedang merintis kuliah kedokteran di Bochum, Jerman. Kami rela uber-uber sinyal dan mencocokkan waktu demi bisa skype-an, dan dia dengan baik hati mau bantu aku dari awal. Cari informasi, berbagi cerita, dan banyak lagi. Jadi, buat yang baca tulisanku di sini, mari kita doakan bersama-sama supaya dia lancar di sana, dan pulang ke tanah air dengan selamat, jadi bisa sama-sama memajukan bangsa nantinya. Aamiin!
Terus juga, buat Dita dan Indah, teman sekamar di kosan yang rela jadi korban pertanyaanku kalau lagi kehabisan kata-kata. Hahaha, kalau flashback ke kejadian kemarin-kemarin, nggak jarang dari kita malah terjebak di adegan seperti ini; aku mencari tahu kata sambil memvisualisasikan dengan gerakan, mereka yang harusnya tinggal jawab malah ikut penasaran sampai besoknya. Errr, maklumlah, kita belum jadi thesaurus berjalan… :D

Lalu-lalu-lalu, pada guru menulisku. Terima kasih banyaaaaaak buat Panda Taufan E. Prast, Bunda Erawati Tf, dan Mami Yusi Rahmaniar. Mungkin kalau nggak ada mereka, yang namanya khayalan, akan terus berada di dalam koridor khayalan.
Paling penting! Buat penyedia ruang kreasi, Abuya Edi Akhiles, sebagai pimred Diva Press yang (masih mengira) aku keterusan mainin simsimi. Ampun, Pak. Saya khilaf. Saya lagi selingkuh membesarkan Pou. *abis ini ditagih naskah baru* *pantengin laptop*
At least, banyak yang istimewa sebenarnya, cuma kalau ditulis satu-satu, keyboard laptopku bisa jebol. Hohoho. Dan untuk mereka yang istimewa, perkenankan aku mempersembahkan karyaku mendarat di deretan koleksi buku mereka. Semoga sukaaa!! ^^
 Oh ya, sekalian juga. Aku pernah posting soal tulis-menulis, dan kalau berkenan membaca, bisa klik di sini.
Sekian dari aku. Kita bertemu lagi di postingan lainnya. Salam juga dari Melodie der Liebe, katanya, jangan lupa culik dia di toko buku dengan 38000. Hohoho!

Love,
-AF

3 comments:

Ronaldi Ilyas said...

ka. Aku mau beli novel ini bisa dengan cara online gak ka? Aku nyari di Gramed Bekasi gaada ka :( bisa gak beli online?? :( Makasih :)

Anonymous said...

Kaka, aku lagi baca novelnya nih :)Aku baru beli kemarin. Hihi :D

Anonymous said...

Hi ka Asmira Fhea:)Aku salah satu siswi di Lomnok. Aku baru beli kemarin nih, lagi di baca sekarang. Hihi :D