Sunday, May 3, 2015

WISHFUL DREAMS



Hari ini, aku menyempatkan diri untuk menulis ini. Menulis sesuatu yang (mudah-mudahan) jadi spesial karena terbitnya di hari kelahiran.
Kalau mundur ke belakang, tepatnya dua tahun yang lalu, mungkin di saat ini aku tengah tersenyum karena kau ada. Memberiku selamat, doa, seperti yang lainnya.
Di hari ini, hal yang sama terjadi. Aku tengah tersenyum menulis ini. Bedanya, kau tak lagi ada. Tidak ada ucapan selamat darimu, tidak ada doa yang terselip di antara gurauan kita, dan kau menghilang. Sejak hari itu, tak ada lagi percakapan di antara kita.
Di hari itu juga, aku berdoa. Semoga, entah kapan, kalau kita bertemu lagi, dunia akan menunjukkan bahwa kita telah bahagia dengan jalan yang kita tempuh sendiri.
Doa itu ternyata dikabulkan Tuhan dan aku terlambat sadar. Entah sejak kapan, aku tak lagi merasa kosong sekalipun kau hilang. Kita belum bertemu lagi, memang. Tapi Tuhan sudah membawaku pada jalur kebahagiaan.
Kau tahu? Dia sahabatku sendiri. Awalnya aku meragukan ini. Mempertanyakan sesuatu yang mungkin saja berlandaskan dari perasaan gegabah dalam menilai. Tapi, kalau dipikir-pikir, satu kesamaan kalian; meraih mimpi.
Aku tumbuh sampai saat ini karena mimpi. Mimpi orang tuaku, juga mimpiku sendiri yang semangat melanjutkan hidup dengan babak baru untuk dijelajahi. Padanya, aku menemukan itu. Seperti padamu dulu. Dimulai dari perasaan kagum yang kemudian hanya bisa kudefinisikan; kelak, aku ingin hidup bersamamu, pengejar mimpi. Sehingga aku tak bermimpi sendirian dan kita saling membangun untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Menikmati perjalanan bersama, merasa lelah bersama, menikmati hasilnya bersama.
Tapi, yang sudah direncanakan bukan berarti semuanya sudah dikehendaki Tuhan, bukan? Aku boleh saja gigih untuk mendapatkan sesuatu yang kuinginkan. Tapi bukan berarti aku boleh memaksakan seseorang yang kuinginkan.
Dulu, memang aku menginginkanmu. Sekarang, padanya, biar waktu yang menentukan arah dan menemukan jawaban. Aku hanya bisa mengejar sesuatu, omong-omong. Tapi sulit (bahkan cenderung diam) untuk mengejar seseorang. Jadi, kubiarkan dia berkelana mengejar mimpinya sementara aku hanya menonton diam-diam.
Ceritaku selesai. Berhubung aku sudah melupakanmu, jadi cerita tentangmu singkat saja, tak apa, bukan? Mulai saat ini, kita bisa lihat, apakah cerita tentang dia akan menjadi topik utama sepanjang kisahku nanti atau tidak. Kalaupun tidak, mudah-mudahan kau tak lagi mengisi ceritaku selanjutnya. Kau tahu kau membosankan, bukan? :D
-AF

No comments: