Ada beberapa
teori yang aku nggak ngerti dan ingin cari tahu penyebabnya.
Cerita
singkatnya, berawal dari aku mengenal beberapa teman laki-laki yang
(sebenarnya) punya solidaritas yang
tinggi, tapi ternyata punya pola pikir yang rada strange.
Sebut aja
namanya Ricardo, dia temanku dari semester satu perkuliahan. Suatu hari dia chat aku via bbm. “Al, kosan lo isinya ada
ceweknya nggak?”
Alisku
terangkat, bingung sama pertanyaannya yang nggak jelas. Sambil nebak-nebak
kemana arah pertanyaannya, aku membalas, “Yaiyalah, nih kosan kan isinya
cewek semua!”
Ricardo
membalas, “Bagi dong”
“Hah? Bagi
apaan??”
“Bagi cewek
satu gitu ke gue..”
Aku mengangkat
alis sambil berkacak pinggang. Napasku memburu, mataku melotot, dan tiba-tiba
keluar tanduk dari kepala. Oh oke, kalo yang itu boong. Tapi serius, aku kesal
sama statement-nya Ricardo barusan. Jadi saat itu aku balas
seacuh-acuhnya, “Bagi??? Lo kira kue!!”
***
Bagi yang suka
aktif di twitter dan suka follow akun-akun lelucon, pasti minimal pernah
deh baca kalimat-kalimat ini;
Pacaran; dating
di pantai berduaan || LDR[1];
telfon-telfonan sambil melihat sunset || jomblo; ngambang tengah laut.
Dan parahnya
kalimat itu nggak sedikit, makin kesini makin banyak yang menjatuhkan harga
diri para jomblo. Jadi kesimpulannya, hari gini kalau nggak punya pacar ‘apa
kata dunia?’. Kasian emang, buat para jomblo-ers yang dianggap kayak gitu.
Rasanya saat itu aku prihatin nanggepinnya. Jadi setiap kali ketemu sama orang
yang ngeluh kalau dia jomblo, yang ada di pikiran aku itu; mau dengerin curhat
dan keluh kesahnya, nempatin diri di posisinya, baru deh ngajak teman-teman
arak dia rame-rame sampe tenggelam di tengah laut. Beres! Teori jomblonya
sukses!
Oke oke, buat
para jomblo yang baca tulisan ini, jangan merengut, ngamuk-ngamuk dan banting
lemari ya. Selain sayang sama lemarinya, aku juga pernah ngedenger teori baru.
Kalau nggak punya pasangan itu bukan berarti jomblo! Nggak percaya? Makanya
baca kelanjutannya.
Pernah dengar
kata single? Iya single. Aku setuju sama pendapat yang bilang
kalau single itu beda sama jomblo. Kenapa? Karena jomblo itu nasib sementara
single itu prinsip. Orang yang memilih untuk single biasanya ada
pertimbangan kenapa dia belum memilih pasangan. Entah mungkin karena dia mau
ngejar karier, atau selektif buat nyocokin sama hati, atau memang dia terlanjur
nyaman dengan statusnya yang single.
Sementara
jomblo? Kenapa jomblo terkesan mengenaskan?
Kemungkinannya
karena jomblo itu nama fiqh-nya adalah faqir asmara. Beda tipis sama faqir
miskin yang suka mengadahkan tangan di jalan-jalan demi mendapatkan uang,
sementara jomblo mengadahkan tangan di mall-mall atau tempat-tempat belanja
yang didominasi pengunjungnya adalah perempuan, sambil mengadahkan tangannya
dan bilang “Mbak, cintanya mbak….” Dengan wajah lusuh dan berusaha menahan air
mata biar nggak ketahuan kalau ternyata air mata para jomblo-ers itu kayak air
matanya Nobita. Jadi hancur kan image-nya?
Jadi
sebenarnya, solusinya itu di depan mata. Ganti aja statusnya! Dari jomblo ke single.
Beres kan? Meskipun sebenarnya dalam arti intinya sama aja, tapi setidaknya
kedudukan single itu lebih terhormat daripada jomblo yang endingnya
ngambang di tengah laut. Para single pun nggak ada perasaan berdosa
seperti yang dialami para jomblo setiap kali mengingat statusnya. Bukannya yang
merasa berdosa itu seharusnya orang yang pacaran tapi masing-masing mereka nggak
berencana naik ke pelaminan? Kenapa ini kebalikannya? Benar-benar aneh. *benerin kacamata*
*berkacak pinggang* *kembali serius*.
Malam minggunya
para single ngapain?
Helloooooo…..!
Jadi single itu bukan artiannya dia benar-benar sendiri sampai nggak ada
yang mau nemenin yaa. Malam minggu bakalan jadi asik kok kalau sama teman.
Ngapain aja? Bisa diskusi, main catur, main monopoli, main ular tangga, main
petak umpet sampai main congklak juga bisa! (itupun bagi yang congklaknya masih
ada). Dari permainan-permainan yang disebutin tadi, tanpa kita sadar mungkin
bisa buat ngasah skill kita di usia dewasa lhooo!. Soalnya, sadar kan,
sekarang-sekarang ini udah jarang banget orang remaja sampai ke dewasa main
petak umpet begitu? Siapa tahu di usia begini kita sadar kalau ternyata bakat
main petak umpet pas kecil kita berkembang. Terus menang kompetensi petak umpet
se-nasional…. Terus dapat award…. Terus…
Oke itu urusan
lain.
Jadi intinya
sih singkat aja. Nggak perlu minder kalau belum ditakdirin ketemu sama
pasangan. Karena yang hanya perlu kita pastikan adalah, Allah selalu tepat pada
janji-Nya. Ia sudah memilih pasangan setiap manusia dengan seadil-adilnya.
Daripada kita harus nyatain cinta sana-sini dengan bahasa yang kelewat gombal
tapi ditolak terus-terusan, terus sakit hati, merasa minder, sampai akhirnya
trauma buat jatuh cinta (yang mana sebenarnya nggak beneran jatuh cinta, cuma
buat nutupin nasibnya yang jomblo), lebih baik fokus untuk memikirkan hal-hal
yang positif tapi di samping itu juga nggak lupa dengan terus berdoa dan
berusaha agar mudah dipertemukan dengan yang terbaik.
Simple? Sebenarnya begitu! Tapi seringkali teori itu lebih mudah dihafal,
diucapkan dibanding diterapkan. Kerapkali banyak konflik yang bikin kita
menyerah. Jadi menurutku alasan untuk bertahannya adalah percaya! Percaya bahwa
Allah akan mengabulkan doa kita cepat atau lambat. Jadi, bagi siapapun yang
pernah bermimpi akan bertemu dengan pasangannya di sebuah perpustakaan akibat
tabrakan dan buku kamu jatuh lalu dia bantu merapihkan, kemudian di episode
puluhan kalian akhirnya jadian setelah sempat cekcok dengan keluarga pasangan, karena ternyata keluarga dia adalah keturunan
elang raksasa sementara keluargamu adalah titisan naga terbang yang ingin
bertempur sebelum terjadi pernikahan. Maka bersiap-siaplah untuk menjadi
kenyataan! Dan kalau seandainya itu benar terjadi, jangan lupa sebelum tempur
baca doa dan bawa handy cam untuk merekam semuanya agar keturunan kamu
terpesona melihatnya. Keren kan?
Salam
kemerdekaan!
Pesan Moral; Yang sudah membaca tulisan ini dan setuju, bergegaslah mengambil diary
atau note anda. Pastikan status jomblo anda masih bertahan atau sudah
berubah pikiran. Kalau sudah memutuskan, maka letakkan tulisan itu baik-baik.
Jangan sampai tercecer lalu dibaca teman-teman anda yang super sekali bibirnya.
Hal ini berbahaya karena mengundang daya pikir anda untuk kembali menyelam dan
mengambang di tengah laut.
Comments