“Aku orang yang ingin hidup. Bertemu dengan
gadis yang ingin sekali mati.”
Lelaki itu bernama Soo. Ia kehilangan makna kehidupan, atau yang
lebih tepatnya lagi, ia tidak peduli akan makna dari kehidupannya. Baginya, ia
harus hidup bagaimanapun caranya. Sekalipun ia harus melewati kejamnya dunia
dengan caranya yang licik. Ia tidak peduli. Karena ia akan tetap hidup,
meskipun hidupnya harus mengalami masa pedih ketika masa kecilnya yang
ditinggal sang ibu di bawah pohon sendirian, kehilangan cinta pertamanya selama-lamanya,
dipenjarakan karena diduga menggelapkan dana. Semua itu tidak menghalanginya
untuk tetap hidup.
Di antara ribuan manusia yang berusaha
mencari makna dari hidup mereka, haruskah ia merasakan hal demikian juga? Dari sebagian
mereka yang menghabiskan hidupnya untuk memuaskan keinginannya, mungkin Soo
juga di sana. Cita-citanya bukan penipu ataupun penjudi. Dan ini bukan
keinginannya ketika waktu mengubah hidupnya untuk memasuki dunia yang mengerikan
itu. Dia juga ingin hidup selayaknya manusia, bukan sampah.
Soo terjebak dalam kasus yang mengerikan. Beberapa
penjudi dan penjahat lainnya meminta uang yang mereka duga Soo menggelapkannya.
78 miliar won dalam 100 hari atau ia akan mati mengenaskan. Entah, pikiran
jahat apa yang tiba-tiba merasukinya ketika ia berusaha menipu keluarga Young,
gadis buta yang merupakan satu-satunya pewaris perusahaan PL Group, dengan
berpura-pura menjadi kakak Young yang sebenarnya sudah meninggal tanpa
kesengajaannya. Semua demi uang itu bisa tertebus.
Soo :) |
Soo masuk pada keluarga itu tepat saat Young
hidup sebatang kara akibat sepeninggalan ayah-ibunya (yang sebelumnya bercerai
dan membuatnya hidup hanya bersama ayahnya), ia juga tidak tahu akan kabar
meninggal kakak aslinya. Sepeninggal ayahnya, Young hanya tinggal dengan
seorang paman pengacara juga seorang sekretaris yang selama ini tidak pernah
disukainya. Baginya, sekretarisnya itu hanyalah perempuan jahat yang menjadi
penyebab bercerai ayah-ibunya, wanita simpanan ayahnya, juga penyebab kebutaan
matanya. Karena mungkin saja suatu hari nanti, wanita itu akan mencekiknya dan
menginginkan posisi presiden di perusahaannya. Tentu saja membuatnya merasa
orang-orang yang di sekitarnya adalah orang jahat. Sehingga tak ada alasan
untuknya mempercayai siapapun.
Saat itu di pikirannya hanyalah ingin mati. Tidak
ada alasan lagi untuk bertahan hidup. Hidup ini terlalu mengerikan untuk gadis
buta sepertinya. Ia terlalu kesepian ketika hidup dengan perasaan curiga dengan
orang-orang sekitarnya. Terlebih lagi, penyakit tumor otaknya makin berkembang
dari waktu ke waktu dan menyebabkannya harus menahan sakit. Lalu, alasan apa
lagi yang bisa menyangkal pikiran Young untuk mengakhiri hidup?
Saat Soo datang, Young berharap Soo adalah
satu-satunya orang yang bisa dipercaya. Karena Soo memberikan semua kenangan
baru untuk gadis buta yang selalu terkurung sepertinya. Soo membiarkan Young
berjalan di antara kerumunan banyak orang, menikmati hujan salju, membiarkan
angin musim dingin menerpa wajahnya, menyimbolkan bunyi lonceng yang terkena
hembusan angin sebagai benda yang mereka sukai. Semua hal yang belum pernah
Young rasakan, Soo berikan. Tentu saja membuat benteng kesepian Young perlahan
mencair. Ia merasa hangat ketika bersama Soo.
“Karena adikku bukan barang furniture using
yang hanya dikurung di gudang.”
Semua kecurigaan ‘keluarga’ Young akan
identitas Soo perlahan terungkap. Soo yang sedari awal kedatangannya dicurigai,
terbukti akan identitas palsunya. Perlahan kebenaran pahit itu sampai ke
telinga Young ketika gadis buta itu justru mencintai kakaknya. Kenyataan itu
mengembalikan ke dirinya yang lalu, ketika ia percaya bahwa seluruh orang di
sekitarnya adalah orang jahat yang tak berhak dipercayai. Ia tak lagi ingin
mengikuti bujukan kakaknya untuk operasi tumor dan mata demi kesembuhannya. Ia kembali
tak menginginkan hidup. Seakan sudah menyerah dengan hidupnya yang begitu sepi.
“Young, untuk pertama kalinya setelah aku
bertemu denganmu, aku merasa dunia itu adil. Untuk pertama kalinya aku merasa
dibuang seperti sampah hidup, aku tidak sedih. Karenamu.
“Young, jika ini adalah akhir dari aku
dan kau, hiduplah dengan baik. Tapi jika ini bukan untuk yang terakhir, suatu
hari nanti mari kita bertemu lagi. Jika nanti aku bertemu denganmu, aku ingin
memberi tahu padamu semua hal yang belum pernah kukatakan padamu. Akan kukatakan
kesan pertamaku padamu, ketika aku mulai mencintaimu, betapa cantiknya kau, semua
kesalahanku yang tak bisa kuberi tahu dan akan kukatakan betapa banyaknya cinta
kakak kandungmu.”
Comments