Sinopsis:
“Bersyukurlah kalau kalian dapat kritikan, berarti karya kalian
diapresiasi. Kalau sebuah karya sudah dilempar ke masyarakat, karya itu bukan
milik kalian lagi. Sudah jadi milik publik!” ucap Ryan kalem.
“Satu hal yang mesti kalian
renungkan baik-baik. Sehebat apa pun seorang movie maker, dia
pasti pernah dikritik. Coba kalian pikir, film mana yang
lolos dari kritikan? Saudara sebesar apa pun pernah mendapat kritikan. Karena itulah
mereka menjadi besar.” Rizki ikut menceramahi.
Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja.
Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi,
tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya, klub
kecil itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas
siswa itu bikin film, kan!
Dan kedatangan cowok misterius yang ikut membantu Lena dalam lomba
ini membuat hari-harinya semakin seru! Lelaki itu punya tempat persembunyian
sekaligus menjadi tempat produksi film-film mereka. Cowok itu juga yang
mengajari serta mengarahkan Lena dan dua sahabatnya untuk membuat web seriesnya
lebih keren, padahal saat itu posisi Lena sudah drop abis karena pengkhianatan dari
anggotanya yang mendadak lari dan mencuri ide.
Tokoh dan Penokohan:
o
Lena:
ambisius terhadap impiannya, suka kesulitan menahan emosi, tipikal cewek yang
nggak agresif dan posesif sama cowoknya.
o
Rizki:
tipikal cowok dewasa sebelum umurnya, suka misterius, tertutup, berkepribadian
hangat.
o
Dania:
cewek dewasa yang keibuan. Sahabat baik untuk Lena.
o
Dion:
cowok gendut yang suka merekam setiap adegan lewat handycam-nya. Pengidap
ADHD yang menjadikan dirinya rada terbelakang. Sahabat baik untuk Dania dan
Lena.
o
Ryan:
Sahabat Rizki yang sama-sama membuat web series Pangeran Kodok. Karakternya lebih
keras dari Rizki.
o
Adit:
Tokoh antagonis. Mantan kekasih dari Lena yang sama-sama dominan dan ambisius
untuk meraih piala FFRI. Tipikal cowok kasar, padahal menurut penampilan, ia
banyak yang suka.
o
Romi:
Tokoh antagonis yang menjadi kaki tangan Adit tanpa sepengetahuan Lena. Romi ini
juga merupakan adik kelas Lena dan sahabatnya yang mengkhianati klub film.
Latar:
o
Waktu:
2013
o
Tempat:
Bandung – Jakarta.
Alur:
o Alur yang dipakai di novel ini adalah alur maju.
Sudut Pandang:
o Orang pertama; Lena.
Gaya Bahasa:
o
Gaya
bahasa yang dikemukakan dalam novel ini apik sekali. Saya suka cara penulis
menuturkannya. Kaya diksi. Tiap kalimat yang dipakai sangat efektif dan tidak
membingungkan pembaca. Keren!
Kelebihan Buku:
o Seperti yang aku sebutkan tadi, novel ini layak dikoleksi karena
diksinya ciamik. Saya sampai tidak ingin melewatkan tiap katanya –bahkan sempat
mengulang berkali-kali untuk mencerna dan meresapi kalimatnya.
o Konflik di novel ini runcing. Memancing emosi. Tiap penggalan
babnya bikin penasaran, sehingga pembaca dibawa hanyut dalam aliran cerita
karena terlalu ketagihan. :D
o Karakter di novel ini juga unik-unik. Penulis bisa
mendeskripsikannya sedemikian rupa sehingga imajinasi pembaca nggak kebingungan
karena tokoh yang banyak. Dan karakter yang paling aku suka di sini: Rizki dan
Dion! :D (Cowok semua, ya? ;P)
o Cover dan Ilustrasinya menarik. Setiap kali ada adegan Rizki dan
Lena, berkali-kali aku menyibak cover depan dan berimajinasi bebas di sana. Aaaaa!
o Cerita remaja, cinta, persahabatan, komitmen, dan cita-cita yang
unik dan nggak basi. (Serius pake banget ini!)
Kekurangan Buku:
o Typho. Kekurangan yang lumrah bagi tiap penulis, tapi juga perlu
diperhatikan.
o Saat adegan Lena yang ketahuan Dania melihat foto-foto simpanannya,
kenapa langsung ke-skip aja ke adegan lain? huuhu. Padahal penasaran banget sama perasaan Dania ke Dion.
o Akhir cerita Rizki dan Lena. Berharap banget mereka bisa jadian
dengan cara seunik mereka bertemu. Tapi, aku ngerasa kurang di sini. Jadi,
masih berkesan bahwa hubungan mereka sekadar sahabat saja.
Kesan Pembaca:
Buku
ini layak untuk dikoleksi! Aku sendiri sampai buat melabeli buku ini sebagai
salah satu novel teenlit yang bisa buat jadi referensi untuk nulis. Merasa banget
emosi pas konfliknya Lena bertubi-tubi dan senang banget karena ending-nya
ngena! Makasih bin Hatur Nuhun buat Teh Evi Sri Rezeki yang begitu
menginspirasi lewat cerita ini, karena sepanjang aku baca novel remaja,
rata-rata kebosanan dengan ceritanya yang terlalu monoton. Merasa beruntung
banget finally bisa nemuin novel yang ceritanya begini; deg-degan,
komedi, romantis, dan sempat-sempatnya bikin melting! (Errr…). Btw, buat
Teh Evi, kalau ada orang yang mirip Rizki dengan penampilan Adit boleh laah
dikenalin (ups!). Hehehe :p
Amanat:
o “Tiap hari saya sudah merenung. Saya enggak pernah merenung di
hari-hari istimewa kayak ulang tahun atau tahun baru. Menurut saya, merenung
itu harus dilakukan pada momen tertentu seperti saat kita sedang melakukan kesalahan
atau hal-hal yang membutuhkan keputusan. Terpikir, enggak, sih, berapa banyak
yang kita bakal lupa kalau merenung hanya dilakukan di hari besar?” –Rizki.
o “Jangan ditanggapi, biarkan saja. Kita lihat, siapa yang tertawa
belakangan,” ucap Rizki ketika melihat Lena pasi saat detik-detik menuju
pengumuman pemenang FFRI.
o “Dengar, Lena, kemenangan lahir dari proses, dari perjuangan! Kamu tahu,
sebanyak apa pun kamu mencari pengakuan dari orang lain, kamu tidak akan pernah
bisa memuaskan dirimu sendiri! Karena kepuasanmu bukan berasal dari hatimu
sendiri! Kamu… kamu menyedihkan,” ucap Rizki saat pengumuman yang menyesakkan
keduanya. Lena dan Rizki.
Yap, selebihnya cari quotes sendiri deh yang ngena dan beramanah. Kalau
aku, sih, lebih suka ambil dari kalimatnya Rizki. :D
Sekian resensinya. Semoga bermanfaat dan membangun. Semangat berkarya!
Identitas Buku:
o Judul: CineUs
o Penulis: Evi Sri Rezeki
o Penerbit: Noura Books
o Cetakan 1 Agustus 2013
Love,
Comments