Mengambil
dari pengalaman saat PPM dulu, dua minggu tinggal di kampung orang, meskipun
singkat ternyata bisa membuat kenangan yang tak terduga. Setelah dua minggu di
sana, saat paling haru adalah waktu mau pulang. Harus berpisah pada orang-orang
baru yang ternyata di sana jadi akrab.
Nah, dari
itu, aku pernah punya tekad buat nggak terlalu dekat sama calon teman baruku di
sana. Kalaupun mau dekat, setidaknya sama orang Jakarta juga, supaya kalau
kangen terjangkau. Hehe. Well, itu karena aku mengenal sifatku
sendiri yang jadi a bit bizarre –entah kenapa- saat di Pare. Simpelnya, ubah
kata ‘agak’ menjadi kata ‘sangat’ lalu kusanding dengan sifatku saat itu. Aku
yang awalnya agak cengeng, saat di sana jadi sangat cengeng. Aku yang agak
melankolis, saat di sana jadi sangat melankolis. Aku yang awalnya agak manis,
di sana jadi sangat manis. *eh :p Dan itu terjadi, nggak tahu apa sebabnya.
Tapi, kita
sama-sama nggak ada yang tahu apa yang terjadi di sana, bukan? Allah punya setting
yang tak terduga akan dengan siapa kita bertemu nantinya.
Saat pertama
kali menginjak maskan, aku dan Lele bertemu dengan sekawanan anak UIN
Malang semester 4 di sebuah kamar. Setelah itu, mereka menjadi teman baik kami.
Namanya Endang, Vero, dan Chusnul. Endang dan Chusnul jadi teman sekelas Lele,
dan bahkan tanpa kuketahui sebelumnya, antara Endang dan Lele punya panggilan
akrab masing-masing. Lele panggil Endang ‘Bunga’, dan Endang panggil Lele ‘Bobon’.
Hahaha.
Lalu Vero
menjadi teman sekelasku. Sayangnya saat itu, Vero lebih sering pulang atau bepergian,
jadi suka absen kelas Aidina. So, aku nggak punya teman yang jadi BFF banget
saat itu. Flexible seperti pada teman-teman yang lain. Masuk kelas
subuh-subuh, menempati tempat duduk di dauroh yang dekat jendela,
pulang, makan, tidur, sebelum masuk lagi. Nggak ada adegan menghabiskan waktu
bersama teman baru di suatu tempat gitu.
Dari kiri ke kanan: Lele, Endang, Aku. |
Setidaknya,
itu terjadi sebelum aku berkenalan dengan Adiba, mahasiswi UNJ –yang aku
sendiri lupa bagaimana akhirnya kami bisa menjadi dekat. Kami jadi duduk
bersebelahan setiap kali masuk kelas. Cuma bedanya, Adiba rajin menjawab
pertanyaan ustad. Beda sama aku yang kadang-kadang doang bisanya. -___-
Lalu, muncul
Nadia yang datang terlambat. Dia mahasiswi UIN Malang yang pada akhirnya
menjadi teman sekelas dan sekamarku. Thanks God, ternyata dia orangnya
error. :p Tipikal mahasiswi yang nggak pintar-pintar amat, tapi juga nggak nakallnakal amat, terus nggak nurut-nurut
amat, dan nggak rajin-rajin amat. Dan ternyata… itu juga terjadi pada
kawanannya yang juga anak UIN Malang. Ariena dan Badi’ah. Oh ya, meski begitu, Nadia itu
berprestasi. Dia pernah menjuarai lomba pildacil di Lativi dulu. Jadi, beberapa
kali saat di sana, ia sempat mendapat undangan untuk isi acara, entah di Kediri
atau di Jombang, dan pulang-pulang membawa makanan dari pengundangnya, lalu
dibagi-bagi ke kita.
Selain itu,
Nadia itu teman yang praktis. Buat aku yang suka menulis sambil mendengarkan
lagu, satu kamar dengan Nadia jelas beruntung. Nadia itu penyanyi, suaranya
bagus, dan jelas nggak bisa jadi rival yang kece buat ditanding dengan suaraku.
Pasti kalah telak! Hehe. Dia juga dengan senang hati akan menyanyi kalau diminta, jadi aku nggak perlu nyalain musik. Lagu kesukaannya Albi Nadak -dan itu entah berapa ratus kali diputar di ponselnya dan dinyanyikannya sendiri. Eugh! Sementara lagunya yang paling kusuka itu Rindu Sahabat, dan Hubbul Kholis (lagu remake berbahasa Arab yang diambil dari lagu Cinta Sejati OST Habibie-Ainun-nya BCL) Buat yang mau dengar suara dan lagu ciptaannya, cek di
sini: http://www.reverbnation.com/#!/nadiamahfuzah
(sekalian gue promote-in ya, Nad… ;p)
Bersama Nadia... |
Lalu ada
Ariena, teman satu kampusnya Nadia dan Badi’ah yang bercita-cita jadi model. Dia
punya panggilan khusus; mumatsilah -yang artinya artis! Hahaha. Suaranya
unik parah. Banyak yang mau niru tapi sayangnya tidak bisa. Heuheu. Orang Tuban
yang bahasa Jawanya lucu tapi natural. Awalnya, saat dia memperkenalkan diri di
depan kelas, aku sempat ternganga. Suaranya sok imut abis dan tingkat pedenya
bisa dapat rating empat setengah dari lima! Tapi, makin ke sana, setiap kali
dia cerita, aku nggak bisa nahan ngakak. Sense of humor-nya juga bagus,
jadi setiap kali di dekatnya, pasti ketawa. Dia tipikal mahasiswi yang sama
kayak aku dan Nadia. Pokoknya kami berempat –dengan Badi’ah- bisa jadi discussmate
yang solid. Oh ya, perlu digarisbawahi. Keunikan Ariena yang lain itu, dia
gampang tak sadarkan diri. Kalau kalian membiarkan dia menunggu dari pagi
sampai-sore, di tempat yang sebenarnya teduh dan tidak terlalu panas, dan makan
yang cukup, dia bisa pingsan! Trust me, it works ;p. Meskipun begitu,
Ariena satu-satunya orang yang bisa menyemprotkan gas air mata ketika saat
perpisahan. Waktu itu, aku sedikit bersyukur karena di detik-detik perpisahan
dengan teman-teman, aku nggak menangis. Sesuatu yang langka. Sampai dia datang,
yang ternyata awalnya dia cengengesan, lalu kita bertemu, jadi kompakan menangis.
Sama-sama kayak habis ditaburin bawang bombay di depan mata jadi menangis nggak
berhenti-henti. Dan anehnya, di sela-sela menangis kita tertawa sambil bercanda
menyalahkan masing-masing. Heuheu. Ariena, semoga kita bisa kembali reunian di
surga, yaaa… *ini kalimat kita banget. Buat sebagian yang nggak tahu, jangan
sensitif ya. ;p*
Bersama Ariena... |
Berhubung aku
datang di saat liburan kuliah, jadi tanpa diduga, anak-anak kuliahan berkumpul
di sana. Dan rata-rata berasal dari UIN di berbagai cabang dan jurusan yang
hampir sama. Antara BSA dan PBA. Kami jadi mudah sharing, dan bisa membangun
koneksi.
Sekelompok mahasiswi, kecuali si junior yang paling kanan. ;p (dari kiri: Gita, Ariena, Ariza, Lele, Badi'ah, Fhea, Nadia, Dwi.) |
Setidaknya,
dalam hal ini, aku terpaksa melupakan tekadku untuk tidak terlalu dekat sama
teman baru di sana. Berada di tengah mereka yang ternyata sudah seperti
keluarga, menyuarakan rasa syukurku pada Allah yang menempatkanku di tempat
yang tepat. Teman-teman yang error memang bisa memudahkan proses adaptasi
sehingga mudah betah. Oh ya, buat teman-teman yang belum kuceritakan di sini,
maaf belum bisa dijabarkan satu-satu. Tapi, percayalah. Aku sayang kalian! ^^
-AF:)
Comments