DAY 14: ABOUT MY EXCITED THINGS




Hari ini, buatku, jadi hari terakhir urus-urus perintilan wisuda. Setelah itu bisa rebahan, selonjoran, atau ngasih reward ke diri sendiri atas apa yang telah diusahakan belakangan; hari-hari penuh hectic—yang ngadepin traffic, yang dikejar waktu, yang ngejar koneksi, yang belajar mengendalikan emosi. Pokoknya semua-muanya.
Tapi kalau berbicara tentang excited things belakangan, aku bakalan refers ke hal-hal di atas. Ada beberapa momen di mana terlalu sayang buat dilupakan suatu hari nanti, jadi aku akan menuliskannya di sini—momen-momen ini yang belum tertulis di post sebelumnya.
Pertama, di hari terakhir bimbingan skripsi, itu adalah hari pertamaku di bulan itu buat menstruasi. Rasanya itu… mayoritas cewek udah tau; keringat dingin, pinggang mau roboh, sakit perut, pucat, pusing. Dan puncak sakitnya waktu aku udah sampai terminal Blok M buat nyambung ke Ciputat. Hari itu hujan deras dan kepengin banget nyetop taksi buat balik lagi ke Bekasi. Tapi nggak jadi. Jadinya naik busway ke Ciputat, dan harus berdiri karena buswaynya penuh. Pengin nangis rasanya. Sampai di Ciputat, rebahan dulu di masjid sebelum ketemu dosen pembimbing. Surprise-nya, dikirain hari itu bakalan dicoret buat revisi lagi. Ternyata ibunya justru tanda tangan buat ACC. Kayak resep dokter aja gitu tanda tangannya; sakit yang diderita jadi hilang seketika.
Kedua, masa-masa ketemu teman dekat yang udah lama banget nggak ketemu. Status mereka udah jadi alumni lebih dulu. Saat itu aku lagi masa-masanya rempong urusin sidang. Kata Teh Nca, salah satu dari mereka, “Lo kumpulin pasukan—teman-teman yang sekiranya mau sidang juga. Ngejalanin sendirian kerasa banget beratnya.” Kalimat itu terbukti banget selama proses berjuang. Hari itu, aku tahunya baru Nuyuy, Chibi, Habibi, yang bakalan segeng ke depannya. Nah sambil jalan, ketemu lagi Akbar sama Nizar. Kami berenam, dari jurusan yang sama, di angkatan yang sama, setelah bahu-membahu urusin prosedural dari awal, insya Allah nanti wisudanya juga sama-sama. ;-)
Ketiga, masa-masa mau sidang. Di hari-hari sebelum sidang, aku belum ada bayangan gimana bentuk alur sidang dari awal sampai akhir, karena belum pernah nonton sama sekali. Jadi belum kebaca gimana pola-pola pertanyaan yang akan diajukan, jenis-jenis ‘pembantaian’, juga bagaimana etika menjawab. Sampai akhirnya aku nonton pertama kali orang sidang adalah sidangnya Danty. Dia anak sejarah, sidangnya juga pakai bahasa Indonesia, nggak sejurusan sama aku. Di tengah aku nonton Danty, aku chat Alia, “Si Danty tadi sidang begini-begini-begini, kita nanti kayak gitu juga nggak sih?” yang kemudian dia jawab, “Beda, Al. Kita nggak gitu.” Aku mulai was-was. Mau perang tapi nggak paham medannya ini gimana? Lalu selang beberapa hari kemudian, aku nonton kakak 2010 yang sejurusan juga. Ternyata sidangnya gagal. Kedua kali nonton yang sejurusan lagi, nyaris-gagal-yang-sama-aja-kayak-lulus-bersyarat. Jadi sampai aku sidang pun, aku nggak ada bayangan orang yang lulus murni. :’D
Keempat, masa-masa minta tanda tangan dosen pasca sidang. Bolak-balik dari UI ke UIN lantaran dosen pengujiku mau sidang promosi doktornya, yang kemudian membawa aku ke sidang promosi doktor dosen pembimbing akademikku karena dosen pengujiku bagian dari jalannya sidang. Di antara drama yang lain, mungkin yang ini rasanya lebih berpetualang, sih. :’)
Kelima, hari-hari di mana sedang menuntaskan berkas-berkas; datang ke kampus tanpa ngabarin siapa-siapa kalau nggak ada yang nanya, sepanjang perjalanan menerka di lantai 5 ada siapa ya? Teman-teman siapa aja ya yang udah datang? Dosen yang lagi kucari stand by nggak ya? Siapa aja ya yang di ruang dosen dan di ruang jurusan? Lalu begitu udah tiba heboh ngagetin teman yang udah hadir, janjian di bangku bulat dekat KopMa, ngelihat muka-muka penuh berpikir ala teman-teman cowok dan muka panik super mengkerutnya cewek-cewek, segala keluhan dari para cewek; ada yang phobia dosennya lah, ada yang dosen pengujinya minta revisi berulang-ulang lah, masa-masa legalisir yang berujung salah info….
It’s all done. Finally. Masih terharu rasanya bisa ada di titik ini; ngurusin wisuda yang sebenarnya juga rumit, tapi nggak serumit pas urusin sidang, karena kita udah tahu gimana ending-nya. Nggak kayak pas mau sidang, semuanya serba digantung. Jadi sekarang rasanya ada beban yang terangkat dan kita hanya butuh selebrasi. Ditambah, selama urusin ini ada temannya. Ada yang dengerin ketika butuh tempat bercerita, ada yang multitalented saat kita butuh bantuan, ada yang setia kawan tiap hari follow up kabar. Kalau cuma sendiri urusin gini, nggak kebayang harus siap berapa amunisi buat seh-throngh!
This excited things will be my lovable memory to remember.
-AF

Comments

Herukasious said…
Hal hal excitednya hal yang ribet yah.. waaw warbyasyaaaah... syulit bibayangkhaan
FHEA said…
bhahahhaha ribet soalnya menantang... tapi nggak mau diulang sih. tjapek.
Ngurusin wisuda sama ngurusin skripsi itu masa-masa paling nyenengin buat dikenang doang.
Anonymous said…
Yang nomor satu... ibarat dikasi kado dadakan ya :') yg bolak-balik ke UI, paling enggak jd nyobain makan di Kansas kan..wkwk... sayang ih aku lg ga di sana :(