Awalnya, aku
berpikir pet peeves itu semacam hewan peliharaan yang menyebalkan.
*ngeeng*. Sampai akhirnya aku nanya teman, baca-baca posting-an orang, browsing,
dan ketemu jawabannya; oh, ternyata hal yang menyebalkan, yang mungkin menurut
orang biasa aja, menurut kita itu tuh big no banget.
Pertama, paling
nggak bisa menghadapi orang yang mengeluarkan isi perutnya (lewat mana pun) di
saat aku makan. Kalau cuman ngomongin, masih bisa (sok-sokan) nahan deh. Masih bisa
nyiasatin diri buat ngedistrak. Tapi kalau emang lagi adegannya begitu… dari
masih kecil, sampai sekarang, mau keadaannya nggak sengaja sampai darurat
tiba-tiba, mau sok-sokan diterapi kayak apa pun supaya terbiasa, nggak bakal
ngaruuuh. Jangankan buat menghadapi kayak begitu; selesai makan disuruh
langsung cuci tangan ke kamar mandi aja bisa keluar lagi makanannya. *cupu
banget yes? =))* Ini nggak mengada-ada, btw. Chungguh 100%.* =))
Kedua,
paling sebel kalau lagi berproses sesuatu, tinggal finishing, ada aja
perintilan kecil yang kurang dan mengganggu. Misalkan kayak kemarin, setelah
tahu kalau beberapa kata di skripsiku typo, akhirnya aku berusaha mengubah
sebelum sidang, biar meminimalisir pembantaian. Nah, begitu diubah, ternyata
tulisan BAB 2-nya itu keprint di previous page, bukan di bagian
atas halaman baru. Baru sadar pas udah ke-copy. Tulisannya sih kecil, cuma
beberapa huruf, tapi vital dan fatal. Pas di komputer masih normal, giliran ke-print
jadi beda. Rasanya itu…….. zzz. Mau nggak mau kerja dua kali buat
ngebenerin perintilan kecil yang mengubah semuanya itu kan jadinyaaaa.
Ketiga, hnggg…
ini lebih ke orang sih, ya, bukan keadaan. Paling males ngadepin orang yang
nggak konsisten sama ucapannya, dan suka melintir kalimatnya sendiri. Misalkan,
hari ini orang itu bilang A beserta kalimat-kalimat pendukung bahwa orang itu
yakin atas statement A ini nggak akan berubah. Nah, selang beberapa
waktu, berubah jadi B. Pas diprotes; kenapa berubah? Ini nggak adil dong,
blablabla…. Orang itu justru bilang, “lho, kata siapa saya bilang A? Dari awal
saya bilang B!” atau menjelaskan seolah-olah ucapan orang itu tentang A tempo
hari itu maksudnya adalah B—padahal jelas-jelas beda, dan dia cuma ngeles aja. Bahasa
kasarnya, cuci tangan.
Yaaah,
daripada keseringan cuci tangan nanti keriput kan ya… mending sekalian aja cuci
baju. Sama kok keriputnya nanti. Bonus wangi deterjen pula. *modus*
Kalau buat
aku pribadi, kalau emang ngerasa statement-nya berubah, akan lebih baik
mengaku, “waktu itu saya ngomong gitu karena ini…” paling nggak lebih bisa
diterima meski masih nyebelin. Dan satu sisi, orang itu tau kalau statement-nya
udah ganti, jadi nggak perlu repot meng-cover diri pakai nilai-nilai
pencitraannya. Kan lebih simpel, tho? =)
Udah kayaknya
itu aja untuk hari ini. Untung pet peeves bukan beneran pets ya…
kalau iya, jangankan milih 3, isi kebun binatang bisa kusebutin satu-satu
karena sulit friendly sama pets. Kecuali ayam, sih… itu pun kalau
udah dipenyet.
-AF
Comments
Ngeeeeng. Itu mah aku juga. Pake sambel bawang. Alloh...lapeeer.