Friday, December 16, 2011

PARANOID


Sebelum mengetik entry ini sepertinya aku perlu memastikan bahwa bulu kudukku kali ini tidak berdiri yang menandakan bahwa aku sedang merinding. Serius, akhir-akhir ini aku dicekam ketakutan yang berlebihan. Ini bukan karena aku takut setan, hantu, jin atau semacamnya. Bukan! Yang kutakuti ini adalah hal lain yang mungkin aneh..
 Jadi, ceritanya begini, di sekitar asramaku akhir-akhir ini sering ada pengumuman berita duka. Sampai hari ini, dan baru pagi ini ada pengumuman itu lagi. Kalau dihitung-hitung udah ada empat kali pengumuman plus hari ini. Tiga pengumuman lainnya itu minggu lalu dan tiga hari berturut-turut.
Sebenernya sih, aku nggak kenal siapa aja orang yang meninggal tersebut meskipun penduduk disini menyebutkan nama mereka. Karena, mengingat di asrama ini aku baru tinggal sekitar tiga bulan yang lalu terus jarang bertetangga, ditambah pula di komplek sini bener-bener sepi penduduknya jadinya keadaan itu semua mendukung banget buatku untuk nggak kenal sekitar.

Seharusnya kalau dengar ada yang meninggal begitu kita gak perlu takut, bukan? Toh, setiap manusia yang hidup juga ujung-ujungnya bakal seperti mereka. Kembali pada sang Pencipta. Tapi, entah aku paranoid alias parno untuk hal ini. Aku takut belum siap untuk di’panggil’. Aku takut mengecewakan Tuhanku pada nantinya ketika berhadapan dengan-Nya dalam keadaan begini.  Aku takut tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat di alam sana. Aku takut siksaan dari-Nya. Aku takut…
Aku pernah menerka-nerka, kira-kira nanti aku di’panggil’ dalam keadaan apa? Tapi, buru-buru introspeksi. Takut, aku salah untuk berpikir seperti itu. Yang harus kulakukan sekarang dan kita-lakukan-sekarang adalah menyiapkan diri dengan baik. Agar tidak mengecewakan Sang Pencipta ketika kita bertemu dengan-Nya.
Karena aku, kita dan semua nggak pernah tahu kapan ‘panggilan’ itu datang…
‘Orang yang paling pintar adalah orang yang selalu mengingat pada kematian dan berbuat untuk kematian’
Ketika itu dosenku pernah bercerita;
Suatu hari ada seorang pemuda yang berjalan-jalan di hutan. Tanpa sadar ia mengganggu harimau sehingga harimau itu marah dan mengejarnya. Semakin di kejar, pemuda itu semakin kencang larinya sampai akhirnya jalan hutan itu buntu dan hanya ada sebuah sumur disana. Tak ada pilihan lain, pemuda itu memasuki sumur dan menarik sebuah tali sumur itu yang kebetulan ada disana. Namun, harimau tadi tetap menunggunya diluar sumur tersebut.
Tiba-tiba, dan tanpa disadari pemuda itu juga, di dasar sumur itu terdapat  kubangan air tempat tinggal seekor buaya. Pemuda itu merasa hidupnya benar-benar terancam. Dalam hitungan menit datanglah seekor tikus putih menggerogoti tali yang sedang digelayutinya, disusul pula dengan tikus hitam yang mengikuti tikus putih untuk menggerogoti tali tersebut.pa
Keringat dingin membasahi tubuh pemuda tersebut, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan karena sekitarnya sangat berbahaya baginya. Tiba-tiba datanglah seekor burung rajawali yang menjatuhkan setetes madu dan mengenai ujung bibir sang pemuda tersebut. Pemuda itu mengisapnya lalu tanpa disadarinya, setetes madu itu dapat melupakan posisi dirinya yang dicekam oleh keadaan yang membahayakan.
***
Itu semua adalah gambaran cerita dari sebuah kehidupan, harimau adalah ibarat dari kematian yang menunggu kita, sedangkan seekor buaya adalah ibarat dari malaikat Munkar dan Nakir yang juga menunggu kita, ada pula tentang seekor tikus hitam dan putih adalah ibarat waktu yang menggerogoti kita untuk bertemu sang ‘buaya’. Kemudian burung rajawali dan madunya adalah sebuah kehidupan manis yang mengalihkan kita untuk bertemu dengan keduanya.

No comments: