Saturday, December 29, 2012

Teori

Ada beberapa teori yang aku nggak ngerti dan ingin cari tahu penyebabnya.
Cerita singkatnya, berawal dari aku mengenal beberapa teman laki-laki yang (sebenarnya)  punya solidaritas yang tinggi, tapi ternyata punya pola pikir yang rada strange.
Sebut aja namanya Ricardo, dia temanku dari semester satu perkuliahan. Suatu hari dia chat  aku via bbm. “Al, kosan lo isinya ada ceweknya nggak?”
Alisku terangkat, bingung sama pertanyaannya yang nggak jelas. Sambil nebak-nebak kemana arah pertanyaannya, aku membalas, “Yaiyalah, nih kosan kan isinya cewek semua!”
Ricardo membalas, “Bagi dong”
“Hah? Bagi apaan??”
“Bagi cewek satu gitu ke gue..”
Aku mengangkat alis sambil berkacak pinggang. Napasku memburu, mataku melotot, dan tiba-tiba keluar tanduk dari kepala. Oh oke, kalo yang itu boong. Tapi serius, aku kesal sama statement-nya Ricardo barusan. Jadi saat itu aku balas seacuh-acuhnya, “Bagi??? Lo kira kue!!”
***
Bagi yang suka aktif di twitter dan suka follow akun-akun lelucon, pasti minimal pernah deh baca kalimat-kalimat ini;
Pacaran; dating di pantai berduaan || LDR[1]; telfon-telfonan sambil melihat sunset || jomblo; ngambang tengah laut.
Dan parahnya kalimat itu nggak sedikit, makin kesini makin banyak yang menjatuhkan harga diri para jomblo. Jadi kesimpulannya, hari gini kalau nggak punya pacar ‘apa kata dunia?’. Kasian emang, buat para jomblo-ers yang dianggap kayak gitu. Rasanya saat itu aku prihatin nanggepinnya. Jadi setiap kali ketemu sama orang yang ngeluh kalau dia jomblo, yang ada di pikiran aku itu; mau dengerin curhat dan keluh kesahnya, nempatin diri di posisinya, baru deh ngajak teman-teman arak dia rame-rame sampe tenggelam di tengah laut. Beres! Teori jomblonya sukses!
Oke oke, buat para jomblo yang baca tulisan ini, jangan merengut, ngamuk-ngamuk dan banting lemari ya. Selain sayang sama lemarinya, aku juga pernah ngedenger teori baru. Kalau nggak punya pasangan itu bukan berarti jomblo! Nggak percaya? Makanya baca kelanjutannya.
Pernah dengar kata single? Iya single. Aku setuju sama pendapat yang bilang kalau single itu beda sama jomblo. Kenapa? Karena jomblo itu nasib sementara single itu prinsip. Orang yang memilih untuk single biasanya ada pertimbangan kenapa dia belum memilih pasangan. Entah mungkin karena dia mau ngejar karier, atau selektif buat nyocokin sama hati, atau memang dia terlanjur nyaman dengan statusnya yang single.
Sementara jomblo? Kenapa jomblo terkesan mengenaskan?
Kemungkinannya karena jomblo itu nama fiqh-nya adalah faqir asmara. Beda tipis sama faqir miskin yang suka mengadahkan tangan di jalan-jalan demi mendapatkan uang, sementara jomblo mengadahkan tangan di mall-mall atau tempat-tempat belanja yang didominasi pengunjungnya adalah perempuan, sambil mengadahkan tangannya dan bilang “Mbak, cintanya mbak….” Dengan wajah lusuh dan berusaha menahan air mata biar nggak ketahuan kalau ternyata air mata para jomblo-ers itu kayak air matanya Nobita. Jadi hancur kan image-nya?
Jadi sebenarnya, solusinya itu di depan mata. Ganti aja statusnya! Dari jomblo ke single. Beres kan? Meskipun sebenarnya dalam arti intinya sama aja, tapi setidaknya kedudukan single itu lebih terhormat daripada jomblo yang endingnya ngambang di tengah laut. Para single pun nggak ada perasaan berdosa seperti yang dialami para jomblo setiap kali mengingat statusnya. Bukannya yang merasa berdosa itu seharusnya orang yang pacaran tapi masing-masing mereka nggak berencana naik ke pelaminan? Kenapa ini kebalikannya?  Benar-benar aneh. *benerin kacamata* *berkacak pinggang* *kembali serius*.
Malam minggunya para single ngapain?
Helloooooo…..! Jadi single itu bukan artiannya dia benar-benar sendiri sampai nggak ada yang mau nemenin yaa. Malam minggu bakalan jadi asik kok kalau sama teman. Ngapain aja? Bisa diskusi, main catur, main monopoli, main ular tangga, main petak umpet sampai main congklak juga bisa! (itupun bagi yang congklaknya masih ada). Dari permainan-permainan yang disebutin tadi, tanpa kita sadar mungkin bisa buat ngasah skill kita di usia dewasa lhooo!. Soalnya, sadar kan, sekarang-sekarang ini udah jarang banget orang remaja sampai ke dewasa main petak umpet begitu? Siapa tahu di usia begini kita sadar kalau ternyata bakat main petak umpet pas kecil kita berkembang. Terus menang kompetensi petak umpet se-nasional…. Terus dapat award…. Terus…
Oke itu urusan lain.
Jadi intinya sih singkat aja. Nggak perlu minder kalau belum ditakdirin ketemu sama pasangan. Karena yang hanya perlu kita pastikan adalah, Allah selalu tepat pada janji-Nya. Ia sudah memilih pasangan setiap manusia dengan seadil-adilnya. Daripada kita harus nyatain cinta sana-sini dengan bahasa yang kelewat gombal tapi ditolak terus-terusan, terus sakit hati, merasa minder, sampai akhirnya trauma buat jatuh cinta (yang mana sebenarnya nggak beneran jatuh cinta, cuma buat nutupin nasibnya yang jomblo), lebih baik fokus untuk memikirkan hal-hal yang positif tapi di samping itu juga nggak lupa dengan terus berdoa dan berusaha agar mudah dipertemukan dengan yang terbaik.
Simple? Sebenarnya begitu! Tapi seringkali teori itu lebih mudah dihafal, diucapkan dibanding diterapkan. Kerapkali banyak konflik yang bikin kita menyerah. Jadi menurutku alasan untuk bertahannya adalah percaya! Percaya bahwa Allah akan mengabulkan doa kita cepat atau lambat. Jadi, bagi siapapun yang pernah bermimpi akan bertemu dengan pasangannya di sebuah perpustakaan akibat tabrakan dan buku kamu jatuh lalu dia bantu merapihkan, kemudian di episode puluhan kalian akhirnya jadian setelah sempat cekcok dengan keluarga pasangan,  karena ternyata keluarga dia adalah keturunan elang raksasa sementara keluargamu adalah titisan naga terbang yang ingin bertempur sebelum terjadi pernikahan. Maka bersiap-siaplah untuk menjadi kenyataan! Dan kalau seandainya itu benar terjadi, jangan lupa sebelum tempur baca doa dan bawa handy cam untuk merekam semuanya agar keturunan kamu terpesona melihatnya. Keren kan?
Salam kemerdekaan!
Pesan Moral; Yang sudah membaca tulisan ini dan setuju, bergegaslah mengambil diary atau note anda. Pastikan status jomblo anda masih bertahan atau sudah berubah pikiran. Kalau sudah memutuskan, maka letakkan tulisan itu baik-baik. Jangan sampai tercecer lalu dibaca teman-teman anda yang super sekali bibirnya. Hal ini berbahaya karena mengundang daya pikir anda untuk kembali menyelam dan mengambang di tengah laut.


[1] Long Distance Relationship (Hubungan Jarak Jauh)

No comments: