Monday, May 27, 2013

DRAMA: THAT WINTER, THE WIND BLOW


“Aku orang yang ingin hidup. Bertemu dengan gadis yang ingin sekali mati.”
Lelaki itu bernama Soo.  Ia kehilangan makna kehidupan, atau yang lebih tepatnya lagi, ia tidak peduli akan makna dari kehidupannya. Baginya, ia harus hidup bagaimanapun caranya. Sekalipun ia harus melewati kejamnya dunia dengan caranya yang licik. Ia tidak peduli. Karena ia akan tetap hidup, meskipun hidupnya harus mengalami masa pedih ketika masa kecilnya yang ditinggal sang ibu di bawah pohon sendirian, kehilangan cinta pertamanya selama-lamanya, dipenjarakan karena diduga menggelapkan dana. Semua itu tidak menghalanginya untuk tetap hidup.
Di antara ribuan manusia yang berusaha mencari makna dari hidup mereka, haruskah ia merasakan hal demikian juga? Dari sebagian mereka yang menghabiskan hidupnya untuk memuaskan keinginannya, mungkin Soo juga di sana. Cita-citanya bukan penipu ataupun penjudi. Dan ini bukan keinginannya ketika waktu mengubah hidupnya untuk memasuki dunia yang mengerikan itu. Dia juga ingin hidup selayaknya manusia, bukan sampah.
Soo terjebak dalam kasus yang mengerikan. Beberapa penjudi dan penjahat lainnya meminta uang yang mereka duga Soo menggelapkannya. 78 miliar won dalam 100 hari atau ia akan mati mengenaskan. Entah, pikiran jahat apa yang tiba-tiba merasukinya ketika ia berusaha menipu keluarga Young, gadis buta yang merupakan satu-satunya pewaris perusahaan PL Group, dengan berpura-pura menjadi kakak Young yang sebenarnya sudah meninggal tanpa kesengajaannya. Semua demi uang itu bisa tertebus.
Soo :)

Soo masuk pada keluarga itu tepat saat Young hidup sebatang kara akibat sepeninggalan ayah-ibunya (yang sebelumnya bercerai dan membuatnya hidup hanya bersama ayahnya), ia juga tidak tahu akan kabar meninggal kakak aslinya. Sepeninggal ayahnya, Young hanya tinggal dengan seorang paman pengacara juga seorang sekretaris yang selama ini tidak pernah disukainya. Baginya, sekretarisnya itu hanyalah perempuan jahat yang menjadi penyebab bercerai ayah-ibunya, wanita simpanan ayahnya, juga penyebab kebutaan matanya. Karena mungkin saja suatu hari nanti, wanita itu akan mencekiknya dan menginginkan posisi presiden di perusahaannya. Tentu saja membuatnya merasa orang-orang yang di sekitarnya adalah orang jahat. Sehingga tak ada alasan untuknya mempercayai siapapun.
Saat itu di pikirannya hanyalah ingin mati. Tidak ada alasan lagi untuk bertahan hidup. Hidup ini terlalu mengerikan untuk gadis buta sepertinya. Ia terlalu kesepian ketika hidup dengan perasaan curiga dengan orang-orang sekitarnya. Terlebih lagi, penyakit tumor otaknya makin berkembang dari waktu ke waktu dan menyebabkannya harus menahan sakit. Lalu, alasan apa lagi yang bisa menyangkal pikiran Young untuk mengakhiri hidup?
Young :)
Saat Soo datang, Young berharap Soo adalah satu-satunya orang yang bisa dipercaya. Karena Soo memberikan semua kenangan baru untuk gadis buta yang selalu terkurung sepertinya. Soo membiarkan Young berjalan di antara kerumunan banyak orang, menikmati hujan salju, membiarkan angin musim dingin menerpa wajahnya, menyimbolkan bunyi lonceng yang terkena hembusan angin sebagai benda yang mereka sukai. Semua hal yang belum pernah Young rasakan, Soo berikan. Tentu saja membuat benteng kesepian Young perlahan mencair. Ia merasa hangat ketika bersama Soo.
“Karena adikku bukan barang furniture using yang hanya dikurung di gudang.”
Semua kecurigaan ‘keluarga’ Young akan identitas Soo perlahan terungkap. Soo yang sedari awal kedatangannya dicurigai, terbukti akan identitas palsunya. Perlahan kebenaran pahit itu sampai ke telinga Young ketika gadis buta itu justru mencintai kakaknya. Kenyataan itu mengembalikan ke dirinya yang lalu, ketika ia percaya bahwa seluruh orang di sekitarnya adalah orang jahat yang tak berhak dipercayai. Ia tak lagi ingin mengikuti bujukan kakaknya untuk operasi tumor dan mata demi kesembuhannya. Ia kembali tak menginginkan hidup. Seakan sudah menyerah dengan hidupnya yang begitu sepi.
“Young, untuk pertama kalinya setelah aku bertemu denganmu, aku merasa dunia itu adil. Untuk pertama kalinya aku merasa dibuang seperti sampah hidup, aku tidak sedih. Karenamu.
“Young, jika ini adalah akhir dari aku dan kau, hiduplah dengan baik. Tapi jika ini bukan untuk yang terakhir, suatu hari nanti mari kita bertemu lagi. Jika nanti aku bertemu denganmu, aku ingin memberi tahu padamu semua hal yang belum pernah kukatakan padamu. Akan kukatakan kesan pertamaku padamu, ketika aku mulai mencintaimu, betapa cantiknya kau, semua kesalahanku yang tak bisa kuberi tahu dan akan kukatakan betapa banyaknya cinta kakak kandungmu.”


No comments: