Tuesday, March 11, 2014

[PARE 1]: AHLAN WA SAHLAN, PARE!


Well, pertama-tama aku nggak tahu harus berterima kasih seperti apa lagi ketika menemukan wifi kosan sudah menanggalkan troubleshoot-nya. Hohoho. Sesuatu yang alhamdulillah sekali, setelah berhari-hari memendam kesabaran untuk bisa kembali bercerita di sini. Cerita tentang travelling liburan kemarin, mungkin? :D
Entah dari kapan, aku menyimpan mimpi untuk punya liburan menyenangkan, yang tidak sekadar berjalan dari Bekasi-Ciputat, atau ziarah ke mall-mall daerah Jakarta. Terlalu monoton, tentu saja. Jadi, sebelum liburan berlangsung, rencana setidaknya perlu dimatangkan hingga 50%. Bahkan, terkesan lebih matang dari UAS-nya sendiri *nyengir kuda*.
“Le, gue udah dapet tiketnya. Kita berangkat tanggal 8!”
Sent. Sudah kukirimkan foto karcis bus lewat BBM kepada Lele, sahabatku. Oh ya, ngomong-ngomong, perjalanan kali ini berbeda dengan travelling yang kuceritakan sebelumnya. Sekarang aku ditemani Lele –sahabatku yang pernah diceritakan di sini juga- menuju Pare, sebuah tempat di Kota Kediri yang punya julukan Kampoeng Inggris. Dalam rencana yang kami susun, kami akan menetap di sana sekitar satu bulan. Bukan untuk belajar bahasa Inggris, tapi Bahasa Arab. Ada? Oh, tentu saja. Meskipun terkenal dengan Inggrisnya, Kampoeng Inggris juga menyediakan beberapa lembaga kursus yang mengajarkan Bahasa Arab. Hanya beberapa, tidak sedominan lembaga Bahasa Inggrisnya.
“Oke, Fhe. Kita yakin nih nggak mau pake kereta aja?” Lele membalas.
“Kalau gue sih males rempong, Le. Bawaan kita banyak, kalau ke stasiun harus naik kopaja. Bakalan susah. Kalau naik taksi, nanti habis di ongkos. Kalau naik bis kan tinggal naik angkot sekali.”
Selain pernah jadi classmate, Lele juga asyik buat jadi shoppingmate, travelmate, bahkan jadi nyasarmate. Hoho. Sebelum ini, kami sudah terlatih untuk berjalan jauh beserta nyasar-nyasarnya. Waktu itu pernah mengitari Monas tanpa sengaja, padahal  niatnya nyari halte busway. Muter-muter Tanah Abang juga pernah, lewatin jalan yang se-sotoy-nya kami, dengan hasil kaki gempor. Selain itu masih banyak lagi. Dan anehnya, kenapa kebanyakan jalan nyasar itu sama dia?? :p
Jadi, dengan tekad yang kini berlebih, kami akan coba menempuh jalan yang berkali-kali lipat jauhnya. Bertolak dari Jakarta, dan menuju tempat yang hanya berbekal cerita teman-teman yang pernah ke sana. Kami bahkan belum booking lembaga di manapun yang nanti akan kami tempati. Karena kata Nuyuy –sahabatku yang lain- di Kampoeng Arab bisa langsung daftar jadi kami bisa survey di tempat.
So, Pare, here we come!
Kenalan dulu; ini Lele. ^^

***
Sebelum ini, Lele pernah bercerita kalau dia suka mabuk darat. Huft, dasar anak laut! :p Jadi, perjalanan di bis yang panjang itu, sebagian waktunya dihabiskan untuk tidur. Kami berangkat dari terminal Lebak Bulus jam setengah dua siang dengan bis eksklusif. Penumpangnya sedikit pula, jadi kami leluasa untuk memilih tempat duduk –padahal sudah ditentukan di masing-masing karcis. Entah berapa kali Lele sudah bertanya dalam bis tentang posisi kami sekarang. Jadi, aku yang sebenarnya nggak tahu juga, buru-buru cek di iPad lewat aplikasi map atau Path.
Beruntung aku pernah pulang kampung ke rumah Mbah di Solo dengan mobil, jadi setidaknya tau sedikit-banyak soal jalanan daerah Pantura. Tapi, untuk pulang kampung yang satu itu, aku nggak pernah sendiri. Perjalanan sendiri dan paling lama itu ke Kuningan-Jabar. Sekitar dua minggu di sana dan itu pun sedang PPM (Praktik Pengabdian Masyarakat) tugas akhir di pesantren dulu. Jadi, sekarang ketika berencana pergi sebulan dari rumah, sempat kebingungan barang apa aja yang akan cukup untuk dibawa. Dan hasilnya, setelah menimbang-nimbang dan melakukan seleksi cukup lama, satu koper dan satu ransel besar siap menemani. Isinya sudah mencakup; laptop (jaga-jaga buat nulis), iPad (buat nemenin ponsel yang kondisinya siaga 1), SLR (alat wajib saat liburan!), dan BB. *Ini kesannya niat banget liburannya daripada belajarnya.* :p
Dan perlu kalian ketahui, hal yang menurutku menyedihkan selama perjalanan panjang menuju Kediri (bis kami tiba di Kediri dulu sebelum lanjut ke Pare), ada banyak. Salah satunya, seperti yang sudah kupaparkan di atas, kalau penumpang bis kami cuma sedikit. Jadi, beberapa kali sopir memanfaatkan kesempatan ini untuk menyetel lagu kencang-kencang. Awalnya sih oke, lagu-lagu pop Indonesia –meskipun aku yang suka lagu Korea ini nggak begitu update-, setidaknya mengerti walaupun sesekali aku mengernyit saat menonton video clip yang oh no-no!  tapi, kelanjutannya justru lagu Jawa yang bikin semakin mengernyit. Kalau saja di bis ini isinya teman-teman segengku di kampus, mungkin kita bisa bajak nih bis dengan karokean kali. Hoho.
Salah duanya, I was unlucky buat kedapatan teman seberang bangku yang talkative. Seorang lelaki paruh baya yang suka banget bercerita panjang beserta kepo ke aku. Rada risi memang, dan aku belum nemu caranya buat berhentiin secara terhormat, saking nggak nemu celanya. Dan oh ya, beliau itu, saat kita kepoin balik malah enggan menjawab. Nyebelin, kan? Jadi, saat bus kami masuk daerah Kp. Rambutan sampe Majalengka, di tengah-tengah dia bercerita  -sesuatu yang sebenarnya nggak aku peduli banget- aku memutar otak. Barangkali ada ide muncul untuk stopping beliau. Lihat Lele? Oh dear, she’s asleep. -__-
Balik lagi cerita tentang Kampoeng Arab. Dari informasi yang kugali dari Nuyuy, Kampoeng Arab itu wajib pake rok! Dilarang jalan-jalan di sekitar maskan/dauroh memakai celana bagi perempuan. Tentu, aku sudah mengantisipasi dengan membawa beberapa pasang rok, dan membawa celana jeans untuk berjaga-jaga (barangkali akan ada acara jalan-jalan non rencana). :p
Shomimuhu, (ciyeh, pake bahasa Arab) ;p, tepat pada tanggal 9 Januari, kami tiba di Pare dan langsung daftar di Ocean jam 9 pagi. Lebih cepat dari perkiraan memang. Dan alhamdulillah, kami diterima untuk belajar di sana selama sebulan.
Hey holiday, we’re coming. Ahlan wa sahlan, Pare! ^^

No comments: