Sunday, March 16, 2014

[PARE 5]: TENTANG HARIMU YANG MENJADI ARABIAN.


Sejak pertama kali resmi jadi penghuni baru kursus OCEAN, hal yang pertama kali harus kulakukan adalah beradaptasi langsung dengan kegiatan maskan yang (ternyata) seabrek. Hohoho. Oh ya, sebelum cerita apa saja kegiatan di maskan, aku mau cerita sedikit soal kesanku di Pare secara keseluruhan. :D
Layaknya desa lain yang menempati pulau Jawa, Pare juga kampung yang sederhana. Penduduknya yang kulihat kebanyakan anak rantauan yang mau belajar di sana, entah itu bahasa Inggris atau bahasa lain yang disediakan di sini. Kendaraan utama kami para pelajar adalah sepeda –dan tentu saja aku harus beradaptasi dan membiasakan diri bersepeda dengan mengenakan rok atau gamis. Yup! Banyak rental sepeda yang menyediakan untuk disewa perminggu atau perbulan. Dan… yang paling penting (dari hasil pengamatan jeli dompet mahasiswi), makanan di sana murah meriah dan banyak.  Telak deh, gagal total diet tiga bulan kalau begini caranya. Mana makanan penunjang diet lumayan susah buat ditemukan di Pare. Beda kalau di Ciputat. Huuu~
#abaikan: ini sepeda minjam punya temanku yang nyewa. hihihi.

Satu minggu awal di sana bisa dilewati dengan mudah. Meskipun ketar-ketir dengan kondisi BB yang makin sekarat, dan akhirnya mati dengan terhormat! Bisa dibayangkan? Kondisi lagi di kampung orang dan ponsel dengan seenaknya menemui ajal? Dan yang lebih sedihnya lagi, ketika masuk-keluar toko ponsel, rata-rata pemiliknya nggak kasih solusi yang memuaskan, “Mbak coba pakai batere atau chargeran kodok temannya dulu, kalau cocok baru ke sini lagi.” Err!
Untung saat itu bawa iPad. Jadi bisa komunikasi di socmed. Dan terima kasih untuk Mami Yusi yang mengizinkanku pakai ponsel FLP saat di sana. Sedikit banyak sudah sangat membantu. :*
Anyway, tentang cerita kegiatan di maskan, hmm, mulai dari mana dulu, ya? Oke, random aja deh ya… :p
            Untuk kegiatan harian, tiap pagi setelah subuh kita memulai dengan pemberian kosa kata yang jumlahnya tak tentu (karena aku juga jarang hitung totalitasnya, sih…) hehe. Dibentuk dalam dua kelas; Kelas Senior (Fashlu Kibar: terdiri dari anak-anak yang belajar di Aidina 2 dan 3) dan Kelas Junior (Fashlu Shighor: cukup untuk anak Aidina 1). Kegiatan ini rutin kecuali untuk hari Sabtu dan Ahad –yang kemudian diisi oleh jalan-jalan pagi di hari Sabtu dan bersih-bersih di Ahadnya.
Berhubung aku nggak punya dokumentasi foto kegiatan Fashlu Shighor dan Kibar, jadi, aku mau share ke kalian foto jalan-jalan paginya aja deh, ya. Hehehe.

Ini dia:
Berkumpul dan bernarsis ria setelah kecapaian main. :p

Dalam jalan-jalan juga, peraturan masih diberlakukan. Kita semua jalan-jalan pakai rok dan nanti berhenti di suatu tempat luas. Di sana akan diadakan permainan kecil berbahasa Arab. Entah itu tebak-tebakan atau apa, yang jelas para anggota mesti terjun di sana. 

 
Eat Bullaga versi bahasa Arab. Benar-benar nguji hafalan kosa kata...
 
Main umpet-umpetan tempat. Dan saya kalaaaah... -__-
Sama dengan kegiatan jalan-jalan, kegiatan mingguan yang rutin dilakukan ada muhadhoroh (pidato), musyahadah aflam (nonton film), mujadalah (debat) dan lain-lain (yang sebenarnya aku lupa karena beberapa kali bolos :p)

Dalam mujadalah, kami dibagi dalam beberapa kelompok. Dan yang paling aku ingat ketika kami dibagi menjadi tiga kelompok dengan topik yang harus dipilih; ilmu, cinta, atau uang. Aku sendiri masuk kelompok yang pro pada uang. Jadi, situasi memanas ketika pihak yang membela uang dan ilmu saling beradu argumen, sementara pihak yang mendukung cinta sempat bilang, “wah, nggak ada yang nyanggah kita. Hayya narji’!” –yang kontan memberi efek gelak tawa bagi yang lain.
Kelompok debat. Masing-masing pemberi argumen harus mengemukakan pendapatnya dengan berbicara lantang dan berdiri!
 
Me, Lele, dan Chusnul: "Boleh nyuri waktu buat narsis, kan?" :p
Dan muhadhoroh, sayangnya aku nggak kebagian waktu untuk pidato. Sebenarnya ada, tapi aku keburu izin untuk pergi ke Jogja waktu itu. Jadi, sayang sekali saat di sana hanya kebagian waktu masrohiyat-nya di waktu istirahat akhir. Finally, kami memilih drama untuk ditampilkan dan ternyata… nggak jelas banget. Errr… :p
Masrohiyat atau drama. Dek Bibin (adik pungut-nya Bobon) lagi beradu akting di depan. :p
 
Seperti biasa, Nadia kebagian peran jadi penyanyi. :))

Sementara untuk kegiatan yang cuma sekali selama sebulan –dan yang aku ingat- itu ada perayaan Maulid Nabi! Di mana semua anak putri berkumpul menjadi satu di dauroh, menyenandungkan shalawat bersama, mengaji, dan menonton nasyid yang dinyanyikan oleh teman sendiri. Syahdu banget rasanya... karena saking udah lamanya nggak kumpul sama teman dan merayakan acara seperti ini. Suasana pondok semakin berasa. Kebersamaan menjadi penguat dalam persahabatan.
Suasana sholawatan di Maulid Nabi dan para penyanyi yang bersuara merdu... *aku mana aku [?]*
 
Pesantren Taste: Mendayuuung~

 
Bersama Adiba setelah selesai acara...
Selain kegiatan rutin yang kuceritakan tadi, ada juga kegiatan asyik sendiri yang bikin lupa waktu dan nggak sadar kalau kita lagi merantau. Hihi. Yaitu jalan-jalan dan keluyuran sendiri! Memanfaatkan waktu luang seasyik mungkin untuk melihat tempat-tempat baru yang belum pernah dituju. Meskipun tempat rekreasinya nggak seramai di Jakarta, tapi benar-benar lumayan banget buat yang bela-belain diri gowes sepeda demi cuci mata. Setidaknya, ada kenangan buat foto-foto lah. Hehe… Here we goes…
Di kaki Garuda Park...
 
Bertolak ke Taman Kilisuci...

Dan tentang kegiatan rutin yang tadi kuceritakan di atas itu, sedikit demi sedikit bisa menumbuhkan bibit kecintaan dalam bahasa Arab tanpa disadari. Selama ini, bagi yang mengalami, itu hanya dirasakan sebagai ajang seru-seruan. Yang kita tau; permainan selesai, dan bagi yang kalah berpacu untuk menang di kesempatan lain kali untuk memperbanyak kosa kata. Ngomong-ngomong, buat yang sedang menekuni belajar bahasa asing –apa pun itu-, taktik seperti ini boleh dijadikan contoh, kalau suatu saat kita bosan dengan kegiatan monoton yang hanya bertatap muka dengan buku-buku. Variasi lain memang perlu banget dilakukan agar ada penyegaran.
Dan, itu ceritaku. Lanjut lagi di cerita [Pare 6] selanjutnya… ^^

2 comments:

Arina Istiqomah said...

hihihi, aku menunggu cerita masrohiyah n gumul deh.. hingga nnti reuni d surga :D

FHEA said...

Gak janji deh mau cerita di gumul. errr...