Wednesday, January 4, 2017

DAY 3: MY TOP THREE PET PEEVES




Awalnya, aku berpikir pet peeves itu semacam hewan peliharaan yang menyebalkan. *ngeeng*. Sampai akhirnya aku nanya teman, baca-baca posting-an orang, browsing, dan ketemu jawabannya; oh, ternyata hal yang menyebalkan, yang mungkin menurut orang biasa aja, menurut kita itu tuh big no banget.
Pertama, paling nggak bisa menghadapi orang yang mengeluarkan isi perutnya (lewat mana pun) di saat aku makan. Kalau cuman ngomongin, masih bisa (sok-sokan) nahan deh. Masih bisa nyiasatin diri buat ngedistrak. Tapi kalau emang lagi adegannya begitu… dari masih kecil, sampai sekarang, mau keadaannya nggak sengaja sampai darurat tiba-tiba, mau sok-sokan diterapi kayak apa pun supaya terbiasa, nggak bakal ngaruuuh. Jangankan buat menghadapi kayak begitu; selesai makan disuruh langsung cuci tangan ke kamar mandi aja bisa keluar lagi makanannya. *cupu banget yes? =))* Ini nggak mengada-ada, btw. Chungguh 100%.* =))
Kedua, paling sebel kalau lagi berproses sesuatu, tinggal finishing, ada aja perintilan kecil yang kurang dan mengganggu. Misalkan kayak kemarin, setelah tahu kalau beberapa kata di skripsiku typo, akhirnya aku berusaha mengubah sebelum sidang, biar meminimalisir pembantaian. Nah, begitu diubah, ternyata tulisan BAB 2-nya itu keprint di previous page, bukan di bagian atas halaman baru. Baru sadar pas udah ke-copy. Tulisannya sih kecil, cuma beberapa huruf, tapi vital dan fatal. Pas di komputer masih normal, giliran ke-print jadi beda. Rasanya itu…….. zzz. Mau nggak mau kerja dua kali buat ngebenerin perintilan kecil yang mengubah semuanya itu kan jadinyaaaa.
Ketiga, hnggg… ini lebih ke orang sih, ya, bukan keadaan. Paling males ngadepin orang yang nggak konsisten sama ucapannya, dan suka melintir kalimatnya sendiri. Misalkan, hari ini orang itu bilang A beserta kalimat-kalimat pendukung bahwa orang itu yakin atas statement A ini nggak akan berubah. Nah, selang beberapa waktu, berubah jadi B. Pas diprotes; kenapa berubah? Ini nggak adil dong, blablabla…. Orang itu justru bilang, “lho, kata siapa saya bilang A? Dari awal saya bilang B!” atau menjelaskan seolah-olah ucapan orang itu tentang A tempo hari itu maksudnya adalah B—padahal jelas-jelas beda, dan dia cuma ngeles aja. Bahasa kasarnya, cuci tangan.
Yaaah, daripada keseringan cuci tangan nanti keriput kan ya… mending sekalian aja cuci baju. Sama kok keriputnya nanti. Bonus wangi deterjen pula. *modus*
Kalau buat aku pribadi, kalau emang ngerasa statement-nya berubah, akan lebih baik mengaku, “waktu itu saya ngomong gitu karena ini…” paling nggak lebih bisa diterima meski masih nyebelin. Dan satu sisi, orang itu tau kalau statement-nya udah ganti, jadi nggak perlu repot meng-cover diri pakai nilai-nilai pencitraannya. Kan lebih simpel, tho? =)
Udah kayaknya itu aja untuk hari ini. Untung pet peeves bukan beneran pets ya… kalau iya, jangankan milih 3, isi kebun binatang bisa kusebutin satu-satu karena sulit friendly sama pets. Kecuali ayam, sih… itu pun kalau udah dipenyet.
-AF


5 comments:

Herukasious said...

Saya suka ayam penyet. apalagi ayam penyet surabaya. pake sambal ijo..... ah..... kenikmatan duniaaa..

yenita anggraini said...

Kecuali ayam, sih… itu pun kalau udah dipenyet.


Ngeeeeng. Itu mah aku juga. Pake sambel bawang. Alloh...lapeeer.

FHEA said...

tapi ayam bakar juga enak... *ini kita lagi di mana sih?*

Anonymous said...

Mau komenin ayam tapi tiga komen di atas isinya ayam semua, saya jadi sedih. *pergi ke dapur

Mufi said...

mampir ke lapak fhea aaaah~